Keindahan Gunung Bromo memang menjadi incaran banyak wisatawan. Namun, dibalik indahnya ada risiko yang harus diantisipasi agar perjalanan liburan tetap aman dan nyaman.
Keindahan panorama matahari terbit, hamparan lautan pasir yang luas, serta udara pegunungan yang sejuk membuat siapapun akan sulit move on ketika berkunjung ke wisata alam satu ini.
Namun, dibalik keindahannya tentu adanya potensi bahaya yang harus diwaspadai ketika berkunjung ke destinasi wisata alam. Memahami potensi bahaya dan cara mengatasinya adalah suatu hal yang penting bagi wisatawan yang ingin berkunjung.
Gunung Bromo adalah gunung berapi aktif yang memiliki potensi letusan sewaktu. Pada tahun 2019, terjadi erupsi terakhir pada gunung ini yang mengakibatkan hujan abu dan banyak wisatawan dan warga sekitar yang terkena gangguan pernapasan.
Bayangkan saja, ketika melakukan perjalanan liburan, tiba-tiba terjadi yang tidak terduga pada Gunung Bromo. Sehingga, pemantauan terhadap aktivitas gunung adalah hal yang sangat penting.
Sebelum melakukan perjalanan, wisatawan sebaiknya selalu memeriksa laporan resmi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi untuk mengetahui status aktivitas Gunung Bromo.
Pemerintah dan pengelola kawasan wisata juga harus memastikan ketersediaan jalur evakuasi yang jelas serta sistem peringatan dini yang efektif agar wisatawan bisa mengambil langkah antisipatif jika mulai terjadi peningkatan aktivitas vulkanik.
Tak hanya itu, jalur di kawasan kawah Gunung Bromo ini memiliki tantangan tersendiri, apalagi untuk wisatawan yang tidak terbiasa dengan medan pegunungan. Kabut tebal yang tiba-tiba muncul akan mengurangi jarak pandang.
Selain itu, angin kencang bisa menerbangkan debu dan pasir yang dapat beresiko mengganggu pernapasan. Jalur curam yang berpasir juga dapat menyebabkan wisatawan terpeleset.
Untuk mengurangi risiko ini, wisatawan bisa menggunakan alas kaki yang nyaman dan memiliki daya cengkeram baik. Wisatawan juga disarankan untuk menggunakan masker untuk menghindari gangguan akibat demu dan pasir yang berterbangan.
Wisatawan bisa menggunakan jasa pemandu jika tidak familiar dengan jalur pendakian guna memastikan keselamatan selama perjalanan.
Berada di ketinggian lebih dari 2.300 mdpl, Gunung Bromo memiliki udara yang sangat dingin, sehingga wisatawan disarankan untuk menggunakan pakaian yang cukup hangat agar mengurangi risiko hipotermia, terutama udara pada malam hari.
Wisatawan juga diharapkan untuk mengonsumsi air yang cukup agar tubuh tetap terhidrasi dengan baik. Bagi wisatawan yang memiliki gangguan pernapasan sebaiknya untuk berkonsultasi kepada dokter sebelum melakukan perjalanan liburan.
Untuk mengurangi risiko yang akan terjadi, penerapan kuota wisatawan perhari bisa menjadi solusi yang efektif. Selain itu, wisatawan juga diharapkan untuk memiliki kesadaran lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan.
Selain itu, penggunaan transportasi ramah lingkungan bisa membantu mengurangi emisi gas buang di kawasan wisata.
Jalur perjalanan Gunung Bromo memerlukan kewaspadaan tinggi terutama bagi yang menggunakan kendaraan pribadi. Jalan yang berkelok, menanjak, dan berbatu dapat menjadi tantangan tersendiri.
Tidak jarang terjadi kecelakaan akibat kendaraan tidak dalam kondisi baik atau pengemudi yang tidak bisa menghadpi medan berat. Sehingga, wisatawan disarankan untuk menggunakan jasa jeep wisata yang telah disediakan masyarakat lokal.(*)
Jurnalis: Nurul Aliyah
Editor: Muhammad Faizin
