Semangat menolak menyerah ditunjukkan Utomo, petani apel di Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Ketua kelompok tani Maju Bersama ini terus berinovasi demi mengembalikan produktivitas apel Kota Batu, yang terus merosot selama beberapa waktu belakangan.
Utomo menyebut, salah satu biang jebloknya produktivitas apel Kota Batu adalah kondisi tanah yang sudah jenuh dengan bahan-bahan kimia. Hal ini, sambungnya, membuat buah menjadi kecil dan tanaman rentan terhadap penyakit dan serangan hama.
Solusinya, menurut Utomo, adalah dengan mengembalikan kondisi tanah. Ia menyebut penggantian pupuk kimia dengan pupuk organik merupakan cara paling baik untuk menyehatkan lagi kondisi tanah.
"Petani harus mau menggunakan pupuk kandang," tegas Utomo kepada Ketik.com.
Selain pupuk kandang, Utomo mengaku juga menggunakan sekam dan gamping di kebunnya. Gamping yang bersifat basa mampu mengembalikan kondisi tanah yang asam akibat penggunaan pupuk kimia.
Menurut Utomo, ia sudah membuktikan sendiri khasiat pupuk kandang untuk menyuburkan lagi tanah di kebun apelnya. Ia menggunakan kotoran kambing dan sejumlah bahan organik lain untuk membuat pupuk tersebut.
Utomo menyebut, penggunaan pupuk kandang sudah terbukti. Tanaman apelnya tumbuh lebih subur, buahnya lebih besar, dan lebih tahan terhadap hama dan penyakit.
"Bedanya kelihatan kok. Tumbuhan lebih subur dan kuat," tuturnya.
Utomo mengaku membuat sendiri pupuk kandang yang dipakai di kebunnya. Ia menggabungkan pengalamannya dan rekan-rekannya dengan ilmu yang ia dapat dari Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan Lawang.
Menurut Utomo, secara ekonomis, pupuk kandang jauh lebih murah ketimbang pupuk kimia. Yang jadi masalah, sambung pria 65 tahun tersebut, adalah kelangkaan kotoran kambing yang jadi bahan utama pupuknya.
"Satu sak kotoran kambing harganya bisa mencapai Rp20 ribu," katanya.
Tak hanya pupuk, Utomo juga menggunakan zat-zat organik sebagai obat semprot bagi tanaman apelnya. Ia membuat sendiri obat semprot tersebut dari sejumlah rempah-rempah.
"Kalau mau mencari mudahnya, pakai yang kimia. Kalau mau bagus, pakai yang organik," tandasnya.
Utomo sendiri optimistis apel tak akan hilang dari Kota Batu. Ia menyebut, masih banyak petani apel yang berusaha keras agar bisa survive dalam kondisi ini.
"Saya yakin, insyaallah apel masih akan terus ada," tandasnya.
Editor: Dendy Ganda Kusumah
