Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menggelar Pekan Ilmiah Tahunan (PIT) ke-13 selama 10-14 Oktober 2025 di Kota Malang. Dalam pekan ilmiah tersebut, IDAI memperingatkan dampak krisis lingkungan terhadap kesehatan anak-anak.
Ketua PP IDAI, DR. Dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A, Subsp Kardio(K) menjelaskan anak-anak menjadi kelompok yang paling rentan terkena dampak dari krisis lingkungan. Terlebih tak dapat dipungkiri bahwa fasilitas kesehatan acapkali menyumbang pemanasan global.
"Misalnya ketika heatstress berlangsung lama, kemudian polusi udara bisa berdampak ke masalah keamanan pangan. Itu menjadi hal yang kita bahas di pekan ilmiah ini. Termasuk dampaknya ke stunting," ujarnya, Senin 13 Oktober 2025.
Ia menekankan limbah medis, seperti inhealer, gas anestesi, dan lainnya, apabila tidak dikelola dengan baik tanpa kesadaran kesehatan lingkungan, maka dapat berdampak buruk bagi lingkungan. Tak hanya menjaga kesehatan manusia, dokter juga harus turut serta menjaga kesehatan lingkungan.
"Kami yang harusnya menyehatkan masyarakat, jangan sampai ikut berkontribusi mempersakit bumi. Maka dalam konverensi nanti ada 20 topik yang tersebar dalam workshop selama 2 hari ini, juga acara ilmiah selama 3 hari. Meliputi 14 unit kerja koordinasi (UKK) dan 9 satgas," jelasnya.
Untuk mendukung kesehatan lingkungan, IDAI memastikan PIT ke-13 ini benar-benar ramah lingkungan. Mulai dengan menyiapkan kereta api khusus yakni Kereta Luar Biasa (KLB) PIT IKA 13 IDAI yang bekerja sama dengan KAI, hingga memastikan penggunaan fasilitas yang ramah lingkungan.
"Ada hampir 3000 peserta dari berbagai daerah di Indonesia, kami lakukan penghitungan emisi karbon, dan selama kegiatan tidak menggunakan botol plastik," jelas Ketua Panitia PIT Ke-13 IKA, Dr Syamsul Arief, Sp.A(K), MARS.
Dalam penghitungan emisi karbon, IDAI bekerja sama dengan salah satu organisasi non profit untuk mengkalkulasi peserta yang datang.
"Kami tahu kalau emisi karbonnya tinggi, bisa berdampak pada efek rumah kaca. Makanya kami memakai kereta api yang emisinya lebih sedikit dibanding pesawat," ucapnya.
Sementara itu, Ketua IDAI Jawa Timur, Prof DR Dr Ahmad Suryawan, SpA, Subs TKPS(K) menjelaskan masih terdapat beberapa persoalan terkait kesehatan anak yang perlu dituntaskan di Jatim. Seperti stunting hingga penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
"Nah sekarang kami berupaya bagaimana untuk empowering teman-teman di IDAI Jatim, supaya supportif ke program-program pemerintah. Sehingga secara keilmuan kami yang akan membawa, nanti bekerja sama dengan Dinkes di daerah," ujarnya. (*)
Jurnalis: Lutfia Indah
Editor: I'ied Rahmat Rifadin