KETIK, MALANG – Kabupaten Malang memiliki peran strategis dalam sejarah. Tercatat, wilayah ini sempat menjadi lokasi pembangunan megainfrastruktur pada era lampau, sebuah bendungan yang mampu menampung jutaan kubik air.
Bukti adanya pembangunan bendungan raksasa ini adalah Prasasti Turryan. Prasasti berangka 851 Saka atau 929 Masehi ini terletak di Desa Tanggung, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang.
Dalam Prasasti Turryan disebutkan adanya perintah pembangunan bendungan raksasa. Yang memerintah adalah Raja Medang Wangsa Isyana, Mpu Sindok.
"Raja Sindok memberikan tugas kepada penerima sima untuk melakukan tata guna pengairan," kata arkeolog M.Ismail Luthfi.
"Dekat sini, ada sungai yang disebut Sungai Jaruman. Kalau nggak salah, saat ini, masyarakat menyebutnya Sungai Jeru," sambungnya.
Sungai Jeru inilah yang kemudian dibendung, sesuai perintah Mpu Sindok. Gunanya adalah untuk pengairan sawah-sawah dan tanah tegalan di wilayah Turyyan, Tanggung, Panjer hingga Sepanjang.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan Supratignyo dan Kasimanuddin pada 1988 menunjukkan bahwa bendungan ini sangat besar pada masanya. Diperkirakan, bendungan Sungai Jeru ini mampu menampung tak kurang dari lima juta meter kubik air.
Saat ini, sisa-sisa keberadaan bendungan tersebut masih bisa ditemui. Ada dua gundukan simetris setinggi kurang lebih 20 meter, yang disebut warga sebagai Brugan. Diduga dua gundukan ini merupakan tanggul dari bendungan tersebut.
Selain itu, ada kanal buatan yang mengalir ke barat untuk mengairi desa Tanggung dan Sepanjang. Warga setempat saat ini menyebutnya sebagai Kali Mati.
Dalam peta Topografi Sepanjang, yang dibuat pada era Belanda pun tercantum sebuah bangunan yang diberi nama Waduk.
Agung, warga setempat, mengaku pernah mendengar soal Bendungan Turryan. Hal ini, sambungnya, diketahui dari cerita mulut-ke mulut dari para sesepuh desa.
"Ada cerita bahwa di jaman kerajaan ada bendungan di sini. Kemudian waktu Jaman Belanda, bendungan ini jebol," tandasnya. (*)
