Dua mahasiswi Universitas Surabaya (Ubaya), Angelin Sovina dan Evelyn Patricia menggelar fashion show di Chameleon Hall, Tunjungan Plasa 6, Surabaya pada Sabtu, 8 November 2025.
Fashion show yang digelar dua mahasiswi ini menampilkan tema yang berbeda. Angelin Sovina menampilkan karya baju rancangannya dengan nama "Moira".
Tema ini dipilih karena ia ingin menceritakan kisah Moirai, tiga dewi Yunani yang melambangkan keseimbangan antara kelahiran, kehidupan, dan kematian.
Alasannya terinsipirasi dari tiga dewi Yunani ini karena sesuai dengan yang dialami semua mahkluk hidup. Dimana semua makhluk hidup pasti akan mengalami tiga fase tersebut.
Mahasiswi yang akrab disapa Aes ini memberikan nama masing-masing untuk tiga karyanya, yaitu Dewi Clotho, Dewi Lachesis, dan Dewi Atropos.
Namun untuk warna, ia memilih menggunakan warna hitam yang dipadukan dengan warna kontras.
Karya pertama yang ia presentasikan adalah Dewi Clotho. Aes menyematkan bunga dan warna pastel di busananya. Ia menjelaskan, hal ini sebagai wujud lambang harapan dalam kelahiran.
Karya kedua Dewi Lachesis, Aes mewujudkannya lewat potongan lingkaran dengan warna primer sebagai simbol kehidupan yang berulang.
Terakhir, Dewi Atropos, ia menampilkan warna gelap sebagai representasi kematian. Saat proses pembuatannya, Aes menggunakan salah satu teknik yang masih jarang digunakan, yaitu tulle braid.
“Setelah dipilin, tulle kemudian diuntai untuk membentuk jaring yang digunakan pada bagian kantong dan panel celana. Tulle braid menjadi simbol benang kehidupan manusia yang lembut, rapuh, namun tidak terpisahkan dari takdir,” jelasnya.
Evelyn, menghadirkan tema Tranquil. Ia menjelaskan, konsep busana ini terinspirasi dari lavender dan bergamot essential oil. Untuk mewujudkannya aroma keduanya, ia menggunakan kain organza yang telah melalui proses printing bermotif menyerupai semburan.
Saat proses pemotongan kain, Evelyn menggunakan laser cut, teknik pemotongan menggunakan sinar laser sehingga hasilnya lebih presisi dan rapi.
“Menurut saya, pemotongan kain organza dengan laser cut cukup menantang karena membutuhkan ketelitian dan kesabaran yang tinggi. Teknik ini digunakan untuk menciptakan ruffle yang flowy seperti essential oil yang dapat bergerak bebas dengan kesan yang tetap rapi dan anggun,” ucap Evelyn.
Ketua Pelaksana Graduation Show 2025, Dewa Ayu Putri Saraswati menjelaskan, pihaknya menyelenggarakan fashion show ini mengusung tema besar "Revive" yang mengandung nilai-nilai keberlanjutan.
“Dalam dunia desain, tema ini menekankan keseimbangan antara inovasi dengan keberlanjutan untuk menghidupkan esensi keindahan yang autentik dan bertanggung jawab. Dalam praktiknya, kami menggunakan bahan dari daur ulang pakaian dan serat-serat dari alam,” ujar Becca, panggilan akrabnya.
Acara fashion show ini merupakan program dari Desain Fashion dan Produk Lifestyle, Fakultas Industri Kreatif Universitas Surabaya (FIK Ubaya). (*)
Jurnalis: Fitra Herdian
Editor: I'ied Rahmat Rifadin
