KETIK, PALEMBANG – Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam BEM Nusantara Sumatera Selatan kembali turun ke jalan dalam aksi bertajuk September Hitam, Senin 29 September 2025 malam. Aksi ini diikuti sekitar 100 massa dari sejumlah kampus, di antaranya UIN Raden Fatah Palembang, Universitas IBA, dan Universitas Sanz Magnatya.
Dengan membakar lilin dan melakukan tabur bunga, massa menyuarakan kekecewaan sekaligus simbol duka atas berbagai persoalan bangsa yang belum terselesaikan.
“Lilin ini kami bakar adalah bentuk kekecewaan kami. Sementara tabur bunga menjadi simbol bahwa masalah di negeri ini, khususnya di Sumsel, belum kunjung terselesaikan,” ujar Ilham, Koordinator BEM Nusantara Sumsel.
Dalam aksinya, mahasiswa menyampaikan sejumlah poin tuntutan yang mereka nilai harus segera ditindaklanjuti pemerintah, di antaranya:
1. Menegakkan supremasi sipil atas seluruh kebijakan penting negara.
2. Mendesak Presiden RI membuktikan pernyataannya soal keterlibatan asing dan indikasi makar dalam aksi Agustus lalu dengan membentuk tim investigasi independen.
3. Mengusut tuntas kasus pelanggaran HAM masa lalu maupun masa kini.
4. Menghentikan segala bentuk pelanggaran HAM di Indonesia.
5. Pemerataan infrastruktur pendidikan, khususnya di wilayah 3T.
6. Peningkatan kesejahteraan guru dan tenaga pendidik di seluruh Indonesia.
7. Mendesak Gubernur Sumsel untuk mengevaluasi program Makan Siang Bergizi Gratis (MBG) pasca kasus keracunan yang terjadi pada sejumlah pelajar.
Massa aksi berharap agar pemerintah, terutama Presiden dan Wakil Presiden, segera menindaklanjuti aspirasi.
“Kami berharap poin tuntutan ini bisa segera terealisasi. Jangan sampai ada lagi kejadian keracunan akibat program MBG. Presiden dan wakil presiden harus segera mengevaluasi,” tegas Ilham.
Senada, Faris, Demisioner Presiden Mahasiswa Universitas Sanz Magnatya, menuturkan, “Selepas kegiatan September Hitam ini, harapan kami agar bulan-bulan berikutnya bisa lebih cerah. Tidak ada lagi kabut gelap dari masalah bangsa yang tak terselesaikan.”
Sementara itu, Rizki, Wakil Presiden Mahasiswa Universitas IBA, menambahkan, “Pemerintah harus segera merealisasikan tuntutan September Hitam ini. Kami tidak ingin aksi ini hanya sekadar seremonial tanpa hasil.”
Aksi ini merupakan simbolis dan juga kelanjutan dari rangkaian demonstrasi yang digelar mahasiswa sejak 25 Agustus – 1 September 2025. Namun, hingga kini, tuntutan yang pernah mereka suarakan masih belum sepenuhnya direspons pemerintah.(*)