KETIK, PACITAN – Kabupaten Pacitan mencatat capaian positif dalam bidang kesehatan masyarakat.
Berdasarkan data yang dirilis BPS Jawa Timur (Jatim) pada pertengahan 2025, Pacitan menjadi daerah dengan angka kasus HIV paling rendah di Jatim, yakni hanya 16 kasus.
Jumlah itu jauh di bawah kabupaten atau kota lain seperti Sidoarjo (270 kasus), Jember (229 kasus), dan Tulungagung (209 kasus).
Bahkan dibanding daerah tetangga seperti Ponorogo (87 kasus) dan Trenggalek (23 kasus), Pacitan masih mencatat jumlah yang lebih sedikit.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Pacitan, Nur Farida, menyampaikan bahwa meski jumlahnya terendah, tren kasus HIV di Pacitan sempat menunjukkan kenaikan pada triwulan II 2025.
“Pada Mei 2025 lalu baru 12 warga yang positif HIV. Kini hingga Oktober jumlahnya menjadi 19 orang dan semuanya sudah mulai pengobatan,” ujarnya, Kamis, 16 Oktober 2025.
Menurutnya, kenaikan tersebut menjadi pengingat agar masyarakat tetap waspada dan tidak lengah. Semua kasus baru sudah mendapatkan pendampingan medis serta terapi ARV (Antiretroviral).
Dinas Kesehatan Pacitan terus melaksanakan skrining HIV secara rutin terhadap kelompok berisiko, di antaranya ibu hamil sebanyak 2.207 orang, pasien tuberkulosis 186 orang, warga binaan lapas 87 orang, dan calon pengantin sebanyak 1.437 orang.
Skrining dilakukan di seluruh fasilitas kesehatan dengan tujuan mendeteksi dini dan mencegah penularan yang lebih luas.
“Penderita yang diketahui sejak awal bisa langsung mendapat pendampingan medis, sehingga kualitas hidupnya tetap terjaga dan potensi penularan bisa ditekan,” terang Farida.
Untuk pencegahan terpadu, Dinkes Pacitan menjalankan tiga langkah utama, yakni skrining populasi berisiko, notifikasi pasangan bagi penderita HIV, serta sosialisasi di sekolah dan masyarakat tentang bahaya seks bebas dan pentingnya deteksi dini.
Meski angka kasus di Pacitan rendah, Farida menilai kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri masih perlu ditingkatkan.
Banyak warga, terutama usia produktif, belum memahami pentingnya pemeriksaan HIV secara berkala.
“Kami terus mendorong agar masyarakat tidak takut melakukan pemeriksaan. HIV bukan akhir segalanya, dengan pengobatan rutin ODHA bisa hidup sehat dan produktif,” katanya.
Pacitan dinilai mampu menjadi contoh penerapan program pencegahan HIV di tingkat kabupaten. Keberhasilan ini tak lepas dari kerja sama lintas sektor antara pemerintah daerah, lembaga pendidikan, Kemenag, PKK, dan lapas yang ikut aktif dalam edukasi masyarakat.
Namun Farida mengingatkan agar capaian ini tidak membuat pemerintah dan masyarakat terlena.
“Pencegahan HIV harus terus dijaga. Jangan sampai karena jumlah kasus sedikit, justru muncul lonjakan di kemudian hari,” ujarnya.
Data Kasus HIV di Jawa Timur Tahun 2025 (Sumber: BPS Jatim)
- Sidoarjo – 270 kasus
- Jember – 229 kasus
- Tulungagung – 209 kasus
- Pasuruan – 178 kasus
- Nganjuk – 177 kasus
- Lumajang – 164 kasus
- Malang – 133 kasus
- Situbondo – 131 kasus
- Jombang – 127 kasus
- Banyuwangi – 119 kasus
- Kediri – 98 kasus
- Tuban – 98 kasus
- Lamongan – 92 kasus
- Ponorogo – 87 kasus
- Gresik – 84 kasus
- Madiun – 80 kasus
- Probolinggo – 76 kasus
- Mojokerto – 68 kasus
- Bondowoso – 67 kasus
- Blitar – 60 kasus
- Bojonegoro – 53 kasus
- Pamekasan – 48 kasus
- Ngawi – 39 kasus
- Magetan – 38 kasus
- Sampang – 36 kasus
- Sumenep – 28 kasus
- Trenggalek – 23 kasus
- Bangkalan – 22 kasus
- Pacitan – 16 kasus.(*)