DryToba, Inovasi Cerdas Mesin Pengeringan Tembakau dari Mahasiswa Unej

23 Oktober 2025 09:45 23 Okt 2025 09:45

Thumbnail DryToba, Inovasi Cerdas Mesin Pengeringan Tembakau dari Mahasiswa Unej
Proses pengeringan tembakau menggunakan Drytoba oleh mahasiswa UNEJ bersama Kelompok Sukatani Lumajang. (Istimewa)

KETIK, JEMBER – Sejak masa kolonial, kawasan Tapal Kuda identik dengan komoditas tembakau. Pemerintah Hindia Belanda kala itu menjadikan daerah di Jawa Timur bagian tenggara sebagai sentra penanaman tembakau. Tak heran jika komoditas yang disebut emas hijau itu hingga ratusan tetap menjadi tumpuan mencari nafkah bagi banyak petani.

Namun dalam beberapa tahun terakhir, para petani tembakau menghadapi tantangan besar akibat perubahan iklim yang tidak menentu. Seperti yang dialami petani tembakau di Dusun Tabon, Desa Bades, Kecamatan Pasirian, Lumajang.

Mereka mengaku proses pengeringan tembakau secara tradisional biasanya memakan waktu 7 hingga 10 hari. Namun, saat curah hujan tinggi, waktu pengeringan bisa bertambah hingga 15 hari. Kondisi tersebut tidak hanya menurunkan mutu tembakau hingga 30 persen, tetapi juga mengurangi harga jual sekitar 20 persen, yang berujung pada kerugian bagi petani.

Menjawab persoalan tersebut, mahasiswa Universitas Jember (UNEJ) menghadirkan inovasi teknologi ramah lingkungan yang memberi harapan baru bagi petani tembakau. Melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penerapan IPTEK (PKM-PI), tim mahasiswa UNEJ berhasil mengembangkan alat pengering tembakau otomatis bernama DryToba. Inovasi ini juga berhasil meraih pendanaan dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) Republik Indonesia.

Ketua tim pelaksana, Rizki Agus Setyawan, menjelaskan bahwa DryToba dirancang untuk membantu petani mengeringkan tembakau dengan lebih cepat, higienis, dan efisien tanpa bergantung pada kondisi cuaca. Alat ini menjaga suhu stabil di kisaran 30 derajat Celsius dan mampu bekerja secara otomatis selama 24 jam penuh.

“Selama ini petani kesulitan saat musim hujan karena proses pengeringan terhenti. Dengan DryToba, pengeringan tetap bisa berjalan optimal sepanjang waktu,” jelas Rizki pada Kamis, 23 Oktober 2025. 

Teknologi DryToba terbukti meningkatkan efisiensi hingga 70 persen. Jika sebelumnya petani membutuhkan waktu dua minggu untuk mengeringkan daun tembakau, kini proses tersebut hanya memakan waktu 2 hingga 3 hari untuk kapasitas hingga 250 kilogram daun basah. Tingkat kerusakan produk pun menurun drastis, dari 30 persen menjadi hanya 3 persen.

Manfaat inovasi ini dirasakan langsung oleh Kelompok Tani Sukatani di Desa Bades, yang mengelola lahan seluas sekitar 150 hektar dan melibatkan lebih dari 120 keluarga petani.

“Dulu kami sangat bergantung pada cuaca. Sekarang, hasil keringnya lebih cepat dan kualitasnya jauh lebih baik. Harga jual pun stabil,” ujar Gunawan, Ketua Kelompok Tani Sukatani.

Dari sisi ekonomi, penggunaan DryToba memberikan keuntungan nyata. Dengan biaya operasional sekitar Rp3 juta per musim, petani mampu meningkatkan pendapatan bersih hingga 25 persen. Pendapatan rata-rata per hektare yang semula Rp50 juta kini bisa mencapai Rp62,5 juta.

Selain memberikan alat, tim PKM-PI Universitas Jember juga mengadakan pelatihan teknis bagi para petani, mencakup perawatan mesin, pengaturan suhu, serta pengelolaan hasil panen agar memiliki nilai jual lebih tinggi. Pendekatan ini memastikan teknologi tersebut benar-benar dapat diadopsi secara berkelanjutan oleh masyarakat.

“Kami tidak hanya menyerahkan alat, tetapi juga memastikan petani mampu mengoperasikan dan merawatnya. Harapannya, teknologi ini dapat diterapkan secara luas untuk mendukung pertanian tembakau yang modern dan berkelanjutan,” tutur Rizki.

Inovasi DryToba menjadi bukti nyata kontribusi mahasiswa Universitas Jember dalam menghadirkan solusi teknologi tepat guna yang berdampak langsung bagi masyarakat. Ke depan, penerapan alat pengering otomatis ini diharapkan dapat memperkuat daya saing tembakau Lumajang sebagai komoditas unggulan daerah. (*)

Tombol Google News

Tags:

DryToba tembakau mesin pengering tembakau Unej Inovasi