Akhmad Taufiq: Sastra adalah Ruang Imajinatif untuk Menemukan Nilai Kemanusiaan

23 Oktober 2025 06:30 23 Okt 2025 06:30

Thumbnail Akhmad Taufiq: Sastra adalah Ruang Imajinatif untuk Menemukan Nilai Kemanusiaan
Akhmad Taufiq, Wakil Ketua PCNU Jember yang juga dosen FKIP Unej, dikukuhkan sebagai guru besar bidang Sasatra Indonesia di kampusnya mengajar. (Istimewa)

KETIK, JEMBER – Kecintaan mendalam terhadap dunia sastra menjadi pijakan kuat bagi Prof. Dr. Akhmad Taufiq, S.S., M.Pd., dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Jember, dalam menapaki perjalanan akademiknya hingga meraih jabatan guru besar di bidang sastra.

Pria yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jember ini dikukuhkan sebagai guru besar pada Senin, 20 Oktober 2025 lalu. 

Prof. Taufiq menegaskan, sastra bukan sekadar karya tulisan, melainkan wujud kreativitas dan refleksi nilai-nilai kemanusiaan. Baginya, sastra adalah ruang imajinatif yang memungkinkan manusia mengekspresikan pandangan hidup, kebudayaan, dan keindahan bahasa secara mendalam. Ketertarikan inilah yang membuatnya konsisten menekuni penelitian, pengajaran, dan penulisan ilmiah di bidang sastra.

“Sastra memiliki dua sisi penting. Pertama, sebagai karya kreatif yang menghadirkan ruang estetik dan imajinatif. Kedua, sebagai karya akademis yang menuntut kajian ilmiah yang serius. Di sinilah kita menemukan keindahan luar biasa dari kebudayaan manusia—sebuah anugerah Tuhan melalui bahasa,” ujar Prof. Taufiq saat ditemui di kampus Universitas Jember, Rabu, 22 Oktober 2025. 

Menurutnya, sastra juga berperan sebagai artefak kebudayaan yang memberi kontribusi besar bagi kemanusiaan dan pendidikan. Ia menilai, kajian sastra yang dikembangkan secara akademis dapat memperkaya perspektif multikultural dalam dunia pendidikan, sekaligus menjadi sarana membangun karakter bangsa.

“Sastra memiliki posisi strategis dalam pendidikan. Ia bukan hanya refleksi budaya, tetapi juga sumber nilai yang membentuk kesadaran kemanusiaan. Dalam konteks itulah saya merasa terpanggil untuk mendalami bidang ini secara ilmiah dan moral,” ujarnya.

Dalam orasi ilmiahnya berjudul “Sastra, Narasi Identitas, dan Imajinasi Politik Kebangsaan: Rekonstruksi Teks Sastra dalam Agenda Politik Multikultural Indonesia,” Prof. Taufiq mengulas bagaimana teks sastra merekam dinamika identitas kebangsaan dan membentuk imajinasi politik yang berakar pada nilai multikulturalisme Indonesia.

Melalui penelitian tersebut, Prof. Taufiq menekankan pentingnya sastra multikultural sebagai sarana pembelajaran di sekolah. Ia bahkan mengembangkan kajian etnomultikultural sastra yang berfokus pada penguatan nilai-nilai lokal sebagai bagian dari identitas bangsa.

“Kajian sastra multikultural ini fungsional untuk pembelajaran sastra di sekolah. Dari situ, saya kemudian mengembangkan pendekatan etnomultikultural yang menekankan pentingnya konteks lokal sebagai sumber nilai dan kearifan budaya,” jelasnya.

Selain dikenal sebagai akademisi dan peneliti sastra, Prof. Taufiq juga menorehkan sejumlah prestasi bergengsi di tingkat nasional dan internasional. Di antaranya, Anugerah Puisi Dunia Numera Malaysia 2014 tingkat Asia Tenggara, lulusan terbaik Universitas Negeri Surabaya 2015, serta Satyalancana Karya Satya dari Presiden RI pada 2017. Ia juga dua kali meraih Anugerah Sutasoma dari Balai Bahasa Jawa Timur untuk karya esai/kritik sastra terbaik: pertama untuk buku Sastra Multikultural (2018), dan kedua untuk Drama Tradisional Ludruk (2022). (*)

Tombol Google News

Tags:

Unej Jember Akhmad Taufiq Pengukuhan Guru Besar guru besar sastra PCNU Jember