KETIK, JEMBER – Universitas Jember (Unej) menegaskan pihaknya akan menjaga integritas akademik dan mencegah kecurangan berbasis teknologi. Menurut Kepala Unit Penunjang Akademik Teknologi Informasi dan Komunikasi (UPA TIK) Unej, Prof. Bayu Taruna Widjaja Putra, sistem keamanan digital yang dibuat kampus tersebut bekerja efektif untuk mencegah kecurangan.
UPA TIK juga berkomitmen memperkuat perlindungan data dan keamanan siber agar setiap proses akademik tetap bersih, adil, dan terpercaya.
Pernyataan itu disampaikan UPA TIK menyusul keberhasilan mereka membongkar praktik perjokian berbasis teknologi.
Sebelumnya, Tim Cyber yang dibentuk UPA TIK Unej berhasil menggagalkan praktik perjokian yang berlangsung di Unit Pelaksana Akademik (UPA) Bahasa pada Kamis sore (16/10/2025).
Tim Cyber melakukan operasi tangkap tangan dengan membekuk empat orang anggota sindikat joki yang sedang beroperasi. Mereka terdiri atas dua mahasiswa aktif dan dua alumni.
“Dari hasil pemeriksaan sistem, kami menemukan aktivitas jaringan yang mencurigakan. Setelah ditelusuri, ternyata komputer ujian diakses secara jarak jauh oleh pihak luar menggunakan akun mahasiswa yang menggunakan jasa joki,” tutur Bayu pada Sabtu, 18 Oktober 2025.
Teknologi yang digunakan sindikat joki tersebut terbilang canggih karena bisa mengendalikan kompter yang digunakan peserta joki dari jarak jauh. Namun, kecanggihan tersebut masih bisa ditandingi dan diatasi oleh Tim Cyber UPA TIK Unej.
Sindikat joki tersebut bekerja pada tes Computer Based English Profisiency Test (CBEPT) yang digelar Unej. Dalam tes tersebut, pengguna jasa joki tetap mengikuti tes seperti biasa di ruang komputer yang disediakan kampus Unej. Namun, pada komputer pengguna jasa joki, diam-diam terhubung secara remote ke komputer dari sindikat joki. Sehingga pengguna jasa joki bisa terbantu dari jarak jauh.
Begitu menemukan anomali pada sistem keamanan internal, Tim Cyber langsung menelusuri lokasi sumber trafik yang tidak wajar. “Dari hasil pelacakan itu, kami mendapati para pelaku sedang beraksi di dalam laboratorium ujian,” ujar pria yang juga guru besar Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Unej.
Usai para pelaku sindikat joki diamankan, UPA TIK segera berkoordinasi dengan pimpinan universitas untuk melakukan investigasi internal. Dalam pemeriksaan, para terduga pelaku mengaku terlibat dalam praktik tersebut dan bahkan menyebut beberapa mahasiswa lain sebagai pengguna jasa joki.
“Kami tidak akan menoleransi tindakan yang merusak integritas akademik Universitas Jember. Baik pelaku maupun pengguna jasa joki akan dikenai sanksi sesuai ketentuan yang berlaku,” tegas Bayu.
Ia menegaskan, UPA TIK sudah mengantongi nama-nama mahasiswa yang menggunakan jasa joki. Kasus ini kini ditangani Tim Etik Universitas untuk proses sanksi lebih lanjut.
Bayu menambahkan, insiden ini menjadi peringatan penting bagi pihaknya untuk memperkuat sistem keamanan siber kampus. “Tahun lalu kami juga membongkar kasus serupa pada pelaksanaan UTBK-SNBT. Sejak saat itu, kami terus meningkatkan sistem deteksi dini terhadap aktivitas digital mencurigakan,” jelasnya.
Ia juga memastikan isu kebocoran data mahasiswa yang sempat beredar di media sosial telah ditangani dengan forensik digital dan langkah mitigasi yang ketat.
Dalam kesempatan itu, Bayu mengimbau seluruh sivitas akademika Unej agar berhati-hati dalam membagikan data pribadi di platform digital.
“Banyak kebocoran data terjadi karena penggunaan aplikasi ilegal, seperti judi online, pinjol ilegal, atau tautan media sosial yang tidak jelas sumbernya. Jangan mudah tergoda dengan tawaran instan yang berpotensi melanggar hukum,” pesannya.
Salah satu mahasiswa pengguna jasa joki yang berinisial MT, mengaku terlibat karena tergiur sistem pembayaran yang dianggap mudah dan harga terjangkau. Namun, ia kini menyesali keputusan tersebut.
“Tarifnya bervariasi, antara lima puluh hingga dua ratus ribu rupiah. Pembayaran baru dilakukan kalau hasil ujian dinyatakan lulus,” ujarnya dengan nada menyesal. (*)