Merapi Luncurkan Lava 1.800 Meter, BPBD Sleman Tegaskan Kondisi Masih Aman

23 Oktober 2025 12:34 23 Okt 2025 12:34

Thumbnail Merapi Luncurkan Lava 1.800 Meter, BPBD Sleman Tegaskan Kondisi Masih Aman
Merapi, harmoni antara keindahan dan kekuatan alam. Tetap waspada, hormati batas, dan nikmati keindahannya dengan aman. Ingatlah untuk selalu mengikuti arahan petugas dan prioritaskan keselamatan. (Foto: Fajar Rianto/Ketik.com)

KETIK, SLEMAN – Gunung Merapi, yang terletak di perbatasan DIY dan Jawa Tengah, kembali menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik yang signifikan. Pada Kamis, 23 Oktober 2025, Merapi meluncurkan guguran lava pijar dengan jarak maksimum mencapai 1.800 meter ke arah barat daya, melalui alur Kali Krasak.

Meskipun aktivitas guguran terus terjadi, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sleman, Haris Martapa, memastikan bahwa kondisi saat ini masih berada dalam batas aman yang ditetapkan.

"Sejak pagi tadi sampai sekarang sudah ada luncuran belasan kali. Masih dalam batas aman. Tadi pagi ada luncuran disertai APG (awan panas guguran) yang mengarah ke Kali Krasak sejauh 1.800 meter. Masih aman," ujar Haris Martapa, Kamis pagi, 23 Oktober 2025.

Foto CCTV Jurangjero BPPTKG memperlihatkan awan panas yang tebal dengan waktu kejadian 05:33 WIB pada 2 Oktober 2025. BPPTKG mengimbau masyarakat di sepanjang alur sungai di sektor barat daya (Kali Boyong, Kali Krasak, dll.) untuk tidak memasuki radius bahaya. (Foto: Tangkapan Layar)CCTV Jurangjero BPPTKG memperlihatkan awan panas yang tebal dengan waktu kejadian 05:33 WIB pada 2 Oktober 2025. BPPTKG mengimbau masyarakat di sepanjang alur sungai di sektor barat daya (Kali Boyong, Kali Krasak, dll.) untuk tidak memasuki radius bahaya. (Foto: Tangkapan Layar)

Haris menjelaskan, guguran lava hari ini sebagian besar mengarah ke Kali Krasak, sementara arah ke Kali Boyong hanya sebagian kecil. Meski begitu, tingkat kewaspadaan tetap harus tinggi.

Fokus Ancaman dan Batas Aman di Kali Boyong

Petugas BPPTKG, Rochmad Widyo Laksono, menegaskan bahwa status Merapi tetap berada di Level III (Siaga). Potensi bahaya utama yang diwaspadai adalah guguran lava dan Awan Panas Guguran (APG) yang meliputi alur Sungai Bedog, Krasak, dan Bebeng sejauh maksimal 7 kilometer, serta alur Sungai Boyong sejauh maksimal 5 kilometer.

Batas aman ini sejalan dengan penegasan dari Haris Martapa bahwa di sisi barat daya (arah Dusun Turgo) adalah 5.000 meter (5 kilometer). Rochmad juga memberikan pembaruan data seismik dan visual.

"Selama periode pengamatan pagi ini, tercatat aktivitas kegempaan yang tinggi: 18 kali gempa guguran, 21 kali gempa hybrid, dan 1 kali gempa vulkanik dangkal. Kondisi visual puncak Merapi terlihat jelas dengan asap kawah putih bertekanan lemah setinggi 150 meter. Suplai magma masih terus berlangsung dan dapat memicu terjadinya awan panas guguran di wilayah potensi bahaya," jelas Rochmad.

Sementara itu, imbauan kritis dari BPBD Sleman adalah mengenai bahaya sekunder. "Dihimbau apabila ada hujan untuk tidak beraktifitas di sepanjang aliran sungai terutama yang berhulu di Merapi," tegas Haris, mengingat potensi banjir lahar dingin akibat tumpukan material vulkanik yang sangat banyak.

Kilas Balik Tragedi Kali Boyong 1994: Pelajaran Pahit di Bukit Turgo

Kehati-hatian dalam menetapkan batas aman di Kali Boyong merupakan pelajaran pahit dari tragedi erupsi Merapi pada 22 November 1994. Peristiwa yang dipicu oleh runtuhnya kubah lava di puncak barat ini mengubah Kali Boyong menjadi jalur kematian.

Awan panas (wedhus gembel) meluncur deras dan menyusuri Kali Boyong hingga sejauh 6–6,5 kilometer, jarak yang jauh melampaui batas aman hari ini. Dampak terparah dirasakan oleh Dusun Tritis dan Turgo di Purwobinangun, Pakem, Sleman. Awan panas saat itu menyapu habis permukiman dan tanaman, serta merusak pipa air bersih utama warga Kaliurang.

Tragedi ini menelan korban jiwa sedikitnya 58 orang meninggal dunia (data per 7 Desember 1994), ditambah 22 orang mengalami luka serius. Korban jiwa tersebut termasuk warga lokal yang tengah mengadakan hajatan pernikahan dan 15 pekerja jembatan. Ribuan warga, tercatat sekitar 6.000 jiwa, dari desa sekitar Turgo terpaksa mengungsi.

Peristiwa tragis ini mengajarkan pentingnya kepatuhan terhadap peringatan dini, sekaligus membantah mitos bahwa Turgo adalah kawasan yang aman. (*)

Tombol Google News

Tags:

Gunung Merapi erupsi Aktivitas Vulkanik BPBD Sleman BPPTKG Awan Panas Guguran Kali Krasak Kali Boyong Batas Aman Evakuasi Pemkab Sleman Boyong Kinahrejo