Sosok Marlina Muzakir, Istri Pertama Gubernur Aceh yang Sigap Bantu dan Hibur Rakyatnya di Pengungsian

16 Desember 2025 10:00 16 Des 2025 10:00

Thumbnail Sosok Marlina Muzakir, Istri Pertama Gubernur Aceh yang Sigap Bantu dan Hibur Rakyatnya di Pengungsian
Marlina Muzakir saat mengantar bantuan ke Gampong Kubu Kecamatan Peusangan Siblah Krueng pada Minggu, 14 Desember 2025. (Foto: Pemprov Aceh)

KETIK, BANDA ACEH – Gubernur Aceh, Muzakir Manaf menjadi sorotan di tengah banjir besar yang menghantam Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat. 

Di saat banyak pejabat lain banjir kritik karena dianggap berkontribusi dalam kerusakan alam, ataupun hanya pencitraan, kepala daerah yang akrab disapa Mualem ini mendapat respon berbeda dari masyarakat. 

Mualem dianggap sebagai kepala daerah yang sigap dan merakyat ketika rakyatnya sedang dalam kondisi sulit. Di satu momen, ia nampak menyambut kunjungan Presiden Prabowo ke Aceh dengan sepatu dan celana yang masih penuh lumpur. 

Lalu di momen lain, Mualem yang merupakan mantan kombatan gerilya, terlihat menangis dalam sebuah wawancara dengan jurnalis senior Najwa Shihab. 

Selain Mualem, sosok lain yang mencuat dalam bencana ini adalah Marlina Usman, istri pertama sang mantan Panglima GAM ini. Muzakir Manaf diketahui memiliki dua istri, yang kedua adalah Salmawati yang juga menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA). 

Adapun Marlina Usman -terkadang dipanggil Marlina Muzakir- seolah menjadi first lady atau permaisuri dengan menjadi Ketua Tim Penggerak PKK Aceh, jabatan yang kerap diduduki oleh istri kepala daerah. 

Dalam peristiwa banjir besar yang menimpa Aceh kali ini Marlina Muzakir, kembali menunjukkan kepeduliannya terhadap warga terdampak banjir di Kabupaten Bireuen. Perempuan yang juga menjabat sebagai Bunda PAUD Aceh itu turun langsung ke sejumlah gampong terdampak, termasuk wilayah yang terisolasi, untuk mengantarkan bantuan sekaligus memberikan dukungan moral kepada para korban, khususnya anak-anak.

Sejak Minggu pagi hingga malam hari, Marlina yang akrab disapa Kak Na bersama Pelaksana Tugas Kepala Dinas Sosial Aceh Chaidir, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh T. Adi Darma, serta istri Ketua DPR Aceh, menyambangi sejumlah posko pengungsian di Kecamatan Peusangan, Peusangan Selatan, dan Peusangan Siblah Krueng, Minggu 14 Desember 2025. 

Di Posko Pengungsian Gampong Lueng Kuli, Kecamatan Peusangan Selatan, Kak Na terlihat berbaur dengan warga dan anak-anak sambil menunggu bantuan diturunkan dari truk. Meski telah beraktivitas sejak pagi, senyum dan semangatnya tak surut saat menyapa para bocah di posko.

“Ayo sini anak-anak, antre yang sabar ya. Bunda ada oleh-oleh biskuit untuk ananda semua,” ujar Kak Na, yang langsung disambut sorak gembira anak-anak, seperti dikutip dari laman Pemprov Aceh. 

Tak hanya di Lueng Kuli, rombongan juga mengantarkan bantuan ke Posko Gampong Cubrek, yang menampung warga terdampak dari Gampong Krueng Beukah. Menurut warga setempat, Gampong Krueng Beukah tidak dapat mendirikan posko karena seluruh wilayahnya tertimbun material banjir berupa pasir dan lumpur.

Kepedulian Kak Na juga menjangkau wilayah terisolasi. Bersama rombongan, ia menyeberangi Krueng Peusangan menggunakan boat nelayan untuk mencapai Gampong Kubu, Kecamatan Peusangan Siblah Krueng. Akses darat ke gampong tersebut terputus total akibat jembatan Pante Lheung, satu-satunya jalur penghubung, rusak diterjang banjir.

“Alhamdulillah, sore ini kita bisa mengantar bantuan ke Gampong Kubu. Putusnya jembatan membuat wilayah ini terisolasi, sehingga akses hanya bisa ditempuh dengan boat nelayan atau gondola tradisional yang dibuat secara swadaya oleh masyarakat,” kata Kak Na.

Dalam setiap kunjungan, Kak Na tak hanya menyerahkan bantuan, tetapi juga memberikan penguatan psikologis kepada warga, terutama kaum ibu, lansia, dan anak-anak yang menjadi kelompok paling rentan terdampak bencana.

“Yang kita bagikan mungkin hanya biskuit, tapi tujuannya bukan semata-mata itu. Kami ingin anak-anak merasa diperhatikan dan dibahagiakan. Bencana ini telah menghilangkan rutinitas mereka—belajar di sekolah, bermain dengan teman sebaya. Kini mereka hanya bisa beraktivitas di posko dengan ruang yang sangat terbatas,” ungkapnya.

Selain Gampong Kubu, bantuan juga disalurkan ke Posko Gampong Kapa dan Gampong Blang Panjoe yang didirikan di meunasah setempat. Meski akses jalan sudah bisa dilalui, kondisi lingkungan masih memprihatinkan. Endapan pasir bercampur lumpur setinggi hingga satu meter menghitam seperti benteng di sisi kiri dan kanan jalan, pekarangan, bahkan di dalam rumah warga.

Pasir dan lumpur yang mengendap berhari-hari telah mengeras, menyulitkan warga saat membersihkan rumah. Keterbatasan air bersih serta ketiadaan lokasi pembuangan material semakin memperberat upaya pemulihan.

Geuchiek Gampong Blang Panjoe, M. Ruslan, berharap pemerintah dapat menurunkan alat berat untuk mempercepat pembersihan wilayahnya.

“Kami sangat berharap bantuan alat berat seperti beko dan buldoser. Membersihkan endapan lumpur dan pasir setinggi ini tidak mungkin dilakukan secara manual, apalagi kami juga tidak tahu harus membuang material tersebut ke mana,” ujarnya.

Selain bantuan pangan dan sandang, Kak Na juga membawa petugas kesehatan dan obat-obatan. Saat ia membagikan biskuit dan menyemangati anak-anak, petugas medis di posko secara bergantian melayani keluhan kesehatan warga pengungsi.

Adapun bantuan yang disalurkan meliputi beras, pampers, pakaian, minyak goreng, biskuit, selimut, kasur lipat, sarung, air mineral, serta kebutuhan dasar lainnya. Pemerintah Aceh berharap distribusi bantuan ini dapat meringankan beban warga sekaligus mempercepat pemulihan pascabanjir di wilayah terdampak. (*)

Tombol Google News

Tags:

Marlina Usman Muzakir Manaf Marlina Muzakir Kak Na Bunda PAUD Aceh Banjir besar Aceh Bencana Nasional