KETIK, YOGYAKARTA – Universitas Gadjah Mada (UGM) memperkuat kontribusinya dalam percepatan penanggulangan bencana hidrometeorologis di wilayah Sumatera dengan membentuk tujuh kelompok kerja (working group) lintas disiplin keilmuan. Langkah ini diambil untuk menjawab kebutuhan penanganan bencana secara menyeluruh, mulai dari fase tanggap darurat hingga pemulihan jangka panjang.
Seluruh kerja kelompok dikonsolidasikan agar berbasis data, kajian ilmiah, serta koordinasi multipihak, sehingga respons kebencanaan dapat dilakukan secara cepat, tepat, dan berkelanjutan.
Rektor UGM Prof. Ova Emilia menegaskan bahwa kehadiran perguruan tinggi dalam situasi kebencanaan bertujuan memastikan ilmu pengetahuan berperan langsung dalam pengambilan keputusan publik.
“Kami membentuk Emergency Response Unit dengan tujuh Working Group lintas keilmuan agar ilmu ikut memastikan ketepatan keputusan, percepatan pemulihan, serta dukungan kesehatan dan sosial bagi penyintas,” jelas Ova dalam jumpa pers yang digelar di Balairung UGM, seperti dikutip dari siaran pers UGM pada Selasa, 23 Desember 2025.
Ketujuh kelompok kerja tersebut melibatkan berbagai disiplin ilmu, mulai dari kebencanaan, kesehatan, sosial-humaniora, hingga kebijakan publik. Setiap kelompok memiliki mandat spesifik, namun saling terhubung dalam satu kerangka respons kebencanaan terpadu.
Melalui pembentukan working group ini, UGM berharap kontribusi akademik tidak hanya berhenti pada kajian, tetapi juga hadir langsung dalam praktik penanggulangan bencana di lapangan serta mendukung pengambilan kebijakan di tingkat nasional dan daerah.
