Membangun Fondasi Ekonomi Kota Probolinggo: Daya Beli atau Investasi?

10 Agustus 2025 18:52 10 Agt 2025 18:52

Thumbnail Membangun Fondasi Ekonomi Kota Probolinggo: Daya Beli atau Investasi?
Oleh: Eko Hardianto*

Tahukah Anda jika Kota Probolinggo, adalah kota pelabuhan? Kota ini juga memiliki posisi strategis di jalur pantura Jawa Timur. Sebagai jurnalis, penulis obyektif menyatakan Kota Probolinggo, memiliki potensi besar. Baik di sektor perdagangan, jasa, maupun sektor logistik.

Dalam beberapa diskusi kecil. Diskusi antara penulis dengan adik-adik mahasiswa maupun kelompok masyarakat, sering muncul pertanyaan. Mana sebaiknya didahulukan Pemkot Probolinggo, dalam konteks membangun ekonomi daerah. Mendahulukan peningkatan daya beli masyarakat, atau mendatangkan investor. Jujur saja, pertanyaan ini cerdas, tajam, eksklusif, dan tentu saja berbobot. 

Dari pengalaman penulis ditempatkan di sejumlah daerah untuk tugas peliputan, penulis melihat dua pilihan ini sama-sama penting. Tetapi urutannya yang akan menentukan arah perkembangan ekonomi daerah. Selama beberapa tahun terakhir, pemerintah Kota Probolinggo, menunjukkan kemajuan dalam menjaga stabilitas harga dan daya beli masyarakat.

Pada tahun 2022 misalnya. Kota ini berhasil menekan inflasi. Walhasil, Dana Insentif Daerah (DID) sebesar Rp 10,4 miliar, dikucurkan oleh pemerintah pusat ke Kota Probolinggo. Dana tersebut diarahkan untuk mendukung UMKM, menjaga kestabilan harga bahan pokok, hingga disalurkan kepada masyarakat dalam bentuk bansos.

Tak hanya itu, pemerintah juga rutin menggelar pasar murah untuk membantu masyarakat. Terutama saat harga bahan pangan melonjak. Upaya ini tentu saja membuktikan jika penguatan daya beli sudah menjadi perhatian serius. Walaupun tantangan seperti kenaikan harga pangan, dan pengangguran, masih ada.

Di sisi lain, kinerja investasi di Kota Probolinggo, juga menunjukkan tren positif. Data Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP), mencatat realisasi investasi mencapai sekitar Rp 435 miliar pada tahun 2023. Atau naik signifikan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah kota juga sempat aktif menggelar forum bisnis untuk mempertemukan calon investor dengan pelaku usaha lokal. 

Tak kalah menariknya, adanya Mall Pelayanan Publik (MPP) membuat proses perizinan lebih cepat dan transparan. Hal ini tentu saja menambah daya tarik Kota Probolinggo, di mata investor. Sektor yang banyak diminati adalah perdagangan, jasa, perhotelan, dan logistik. Semua selaras dengan peran kota ini sebagai simpul distribusi barang dan jasa di kawasan utara Jawa Timur.

Memilih mana yang harus didahulukan, bukan sekadar urusan teknis. Melainkan strategi jangka panjang. Meningkatkan daya beli masyarakat, berarti memastikan warga memiliki penghasilan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Konsumen lokal yang kuat akan menarik minat investor. 

Sebab mereka melihat ada pasar yang siap menyerap produk dan jasa. Selain itu, daya beli yang terjaga akan mengurangi risiko gejolak sosial. Sehingga iklim usaha jelas menjadi lebih aman. Dampak program ini sudah bisa ditebak, yakni langsung dirasakan masyarakat, terutama di lapisan bawah.

Sementara itu, mempercepat masuknya investasi juga memiliki keunggulan. Investasi besar akan menciptakan lapangan kerja baru. Yang pada akhirnya meningkatkan daya beli masyarakat. Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari pajak usaha, bisa digunakan pemerintah untuk membiayai berbagai program sosial. 

Dan perlu diketahui, kehadiran investor biasanya juga membawa modernisasi infrastruktur. Baik di sektor transportasi, energi, maupun teknologi. Namun, jika investasi masuk sebelum daya beli masyarakat cukup kuat, manfaatnya mungkin tidak maksimal. Sebab sebagian besar keuntungan justru akan mengalir ke luar daerah.

Wen Jiabao, Mantan Perdana Menteri Tiongkok, menyatakan, daya beli domestik memiliki impact terhadap pertumbuhan ekonomi. “Meningkatkan permintaan domestik merupakan kebijakan strategis jangka panjang bagi pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Kita harus mengambil tindakan tegas meningkatkan porsi konsumsi dalam permintaan domestik, meningkatkan pendapatan, meningkatkan ekspektasi konsumen, dan meningkatkan kapasitas belanja masyarakat.” Pernyataan ini sejalan dengan ide, bahwa memperkuat konsumsi domestik adalah prioritas strategi pembangunan jangka panjang. Sebelum investasi dapat secara efektif dimaksimalkan.

Begitu juga kata Xi Jinping, Presiden Tiongkok. Ia menekankan, pendorong ekonomi tidak hanya berasal dari investasi luar, melainkan juga dari kekuatan pasar dalam negeri. “Keunggulan ekonomi besar terletak pada keunggulan sirkulasi domestiknya. Menjadikan sirkulasi domestik sebagai tumpuan bertujuan untuk menjalin konektivitas yang lebih kuat antara pasar internal dan eksternal. Mencapai pembangunan yang lebih kuat dan berkelanjutan dengan memanfaatkan potensi permintaan domestik.” katanya. 

Dari penjelas penulis di atas, Kota Probolinggo, memang perlu merumuskan strategi berlapis. Langkah awal adalah memperkuat daya beli masyarakat. Operasi pasar murah, pengendalian harga, dan distribusi pangan harus terus dilakukan. Akses modal mikro bagi UMKM juga perlu diperluas. Sehingga pelaku usaha kecil bisa berkembang. 

Pelatihan kerja berbasis kebutuhan industri juga penting. Ini agar masyarakat siap bersaing ketika peluang kerja baru, muncul di daerah. Caranya seperti di Kota Surabaya. Pemerintah kota dapat menggandeng lembaga pendidikan dan dunia usaha untuk menciptakan kurikulum pelatihan yang sesuai dengan sektor potensial. Seperti pengolahan hasil laut, logistik pelabuhan, hingga pariwisata.

Setelah pondasi daya beli kokoh, pemerintah dapat menggenjot masuknya investasi yang tepat sasaran. Prioritas harus diberikan kepada investor yang menyerap banyak tenaga kerja lokal dan memanfaatkan potensi daerah. Industri pengolahan hasil laut, misalnya. Sangat relevan dengan karakter Kota Probolinggo, sebagai kota pelabuhan. 

Sektor pariwisata berbasis budaya dan kuliner juga memiliki peluang besar. Apalagi jika dikombinasikan dengan perbaikan infrastruktur kota. Pemerintah bisa menyediakan lahan industri siap pakai di lokasi strategis. Ini agar investor tidak terhambat masalah perizinan atau tata ruang.

Pendekatan ini membutuhkan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan pelaku usaha. Pemerintah harus menjadi fasilitator yang memastikan semua pihak diuntungkan. Masyarakat memperoleh pekerjaan dan penghasilan. Pelaku usaha mendapatkan pasar yang kuat, dan pemerintah menerima PAD yang cukup membiayai program publik. Keberhasilan strategi ini akan membuat Kota Probolinggo, tidak hanya menjadi tujuan investasi. Tetapi juga rumah bagi warganya untuk hidup lebih sejahtera.

Dengan demikian, urutan yang paling tepat adalah memperkuat daya beli masyarakat terlebih dahulu, baru kemudian mengakselerasi investasi. Pasar lokal yang kuat akan menjadi magnet alami bagi investor. Mereka akan datang dengan sendirinya ketika melihat Kota Probolinggo memiliki konsumen potensial, tenaga kerja terampil, dan iklim usaha yang kondusif. 

Strategi ini bukan berarti menunda investasi sama sekali, melainkan memastikannya berjalan seiring, dengan prioritas awal pada kesejahteraan masyarakat. Kota Probolinggo, memiliki semua modal untuk mewujudkannya. Tinggal bagaimana pemerintah mengelola langkah-langkah tersebut secara konsisten dan berkesinambungan. Salam. 

*) Eko Hardianto merupakan jurnalis Ketik yang bertugas di Probolinggo Raya
**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis
***) Karikatur by Rihad Humala/Ketik.co.id
****) Ketentuan pengiriman naskah opini:

  • Naskah dikirim ke alamat email redaksi@ketik.co.id.
  • Berikan keterangan OPINI di kolom subjek
  • Panjang naskah maksimal 800 kata
  • Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP
  • Hak muat redaksi.(*)

Tombol Google News

Tags:

opini Eko Hardianto Kota Probolinggo