KETIK, PEKALONGAN – Produksi perikanan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kota Pekalongan mengalami peningkatan signifikan sepanjang Desember 2025.
Hingga akhir bulan, total produksi tercatat mencapai sekitar 1.200 ton, jumlah yang dinilai sangat melimpah dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.
Kepala TPI Kota Pekalongan, Imam Suleni, menyampaikan bahwa peningkatan ini didominasi oleh hasil tangkapan ikan-ikan pelagis yang menjadi komoditas utama lelang.
“Produksi perikanan kita hingga akhir Desember kurang lebih mencapai 1.200 ton. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya,” ujarnya saat ditemui Ketik.com di Kantor Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) setempat, Selasa, 30 Desember 2025.
Menurut Imam, jenis ikan yang mendominasi produksi di TPI Kota Pekalongan antara lain ikan layang, banyar, lemuru, tongkol, dan tenggiri.
Komoditas tersebut sebagian besar diserap untuk kebutuhan industri, terutama pabrik pengolahan ikan kalengan yang beroperasi di wilayah setempat.
“Untuk kebutuhan pabrik pengalengan, stok ikan saat ini mencukupi permintaan industri lokal. Produksi kita memang didominasi ikan-ikan yang cocok untuk bahan baku kalengan,” katanya.
Sementara itu, kebutuhan masyarakat untuk konsumsi akhir tahun, seperti ikan bakaran jenis kakap jeruk dan sejenisnya, tidak dilelang di TPI Kota Pekalongan.
Jenis ikan tersebut tergolong ikan karang yang umumnya diperoleh melalui aktivitas memancing, bukan dengan alat tangkap jaring.
Adapun ikan yang dilelang di TPI sebagian besar merupakan hasil tangkapan menggunakan jaring, sehingga komoditas yang tersedia berbeda dengan jenis ikan bakaran yang banyak dicari masyarakat pada momen akhir tahun
Imam menjelaskan, lonjakan produksi pada Desember dipengaruhi sejumlah faktor, salah satunya kebijakan administrasi pelayaran yang mewajibkan kapal-kapal induk kembali ke pelabuhan pada akhir tahun untuk memperpanjang dokumen surat berlayar.
“Bulan Desember kapal induk biasanya wajib pulang untuk pengurusan dokumen. Kondisi ini membuat mereka membawa hasil tangkapan ke TPI kita, sehingga produksi meningkat cukup tajam,” lanjutnya.
Melimpahnya hasil tangkapan berdampak positif terhadap penjualan dan pendapatan nelayan.
Harga tawar ikan di TPI Kota Pekalongan dinilai cukup baik dan relatif tinggi, sehingga memberikan keuntungan bagi nelayan.
Namun, tingginya harga lelang juga berimbas pada kenaikan harga ikan di pasaran.
Ia menambahkan, saat ini harga acuan ikan di TPI Kota Pekalongan termasuk yang tertinggi dibandingkan pelabuhan lain.
Hal tersebut berkaitan dengan besarnya pajak yang dibebankan kepada nelayan, sehingga sebagian nelayan memilih melakukan bongkar muat hasil tangkapan di daerah lain.
Menanggapi kondisi itu, pihak TPI telah mengajukan permohonan kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan agar dapat menjaga kestabilan harga acuan ikan, atau setidaknya menyamakan harga acuan antara Kota Pekalongan dengan daerah sekitar.
“Kami berharap adanya penyesuaian harga acuan agar persaingan antar pelabuhan bisa berjalan sehat dan nelayan tetap memilih bongkar di TPI Kota Pekalongan,” tandasnya.
Hingga akhir Desember 2025, capaian retribusi TPI Kota Pekalongan telah mencapai 83 persen dari target sebesar Rp3,8 miliar.
Pengelola TPI optimistis sektor perikanan tetap menjadi salah satu penggerak utama perekonomian daerah sekaligus penopang kesejahteraan nelayan lokal.(*)
