KETIK, PEKALONGAN – Program pengembangan padi biosalin di Kota Pekalongan menunjukkan perkembangan signifikan dalam waktu relatif singkat.
Pemerintah Kota Pekalongan melalui Dinas Pertanian dan Pangan (Dinperpa) mencatat perluasan lahan tanam yang cukup cepat, seiring meningkatnya minat petani untuk kembali mengelola sawah pesisir yang sebelumnya terdampak rob dan salinitas tinggi.
Kepala Dinperpa Kota Pekalongan, Lili Sulistyawati, saat ditemui di ruang kerjanya belum lama ini menjelaskan bahwa inisiatif biosalin bermula dari membaiknya kondisi lahan di wilayah utara kota sejak akhir 2023 hingga awal 2024.
Saat genangan air laut mulai surut dan lahan mengering, pemerintah daerah melakukan survei untuk memastikan kesiapan lahan sekaligus menyerap aspirasi masyarakat.
“Masyarakat sekitar masih ingin lahannya kembali menjadi sawah. Dari situ kami mulai merintis pengembangan padi biosalin sebagai solusi yang sesuai dengan kondisi lahan salinitas tinggi,” jelasnya.
Sebagai langkah awal, Lili menjelaskan bahwa pihaknya melaksanakan demplot padi biosalin seluas sekitar 1,2 hektare pada November 2024.
Meski hasil panen pertama belum optimal, demplot tersebut mampu membuktikan potensi biosalin untuk tumbuh di lahan pesisir. Keberhasilan awal ini pun meningkatkan kepercayaan petani, sehingga dalam waktu kurang dari satu tahun luas tanam biosalin berkembang pesat hingga lebih dari 40 hektare.
“Perkembangannya Alhamdulillah sangat baik. Antusiasme petani meningkat karena mereka melihat sendiri hasilnya dan ingin menata kembali kawasan tersebut menjadi sawah produktif,” jelasnya.
Seiring meningkatnya luasan lahan, Dinperpa mengusulkan penataan irigasi sebagai upaya pendukung utama. Usulan tersebut direalisasikan melalui kerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum melalui Inpres tahun anggaran 2025, dengan pelaksanaan oleh BBWS Pemali Juana.
Saat ini, pembangunan dan perbaikan irigasi telah dilaksanakan di tujuh titik yang tersebar di Kota Pekalongan. Infrastruktur ini diharapkan mampu mendukung pengembalian fungsi lahan sawah secara bertahap.
“Insyaallah dengan irigasi yang mulai tertata, lahan sawah di wilayah pesisir dapat kembali berfungsi secara berkelanjutan,” tandasnya.
Program biosalin Kota Pekalongan mendapat apresiasi dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui penghargaan Insan Pertanian sebagai inovasi pertanian terbaik tingkat provinsi tahun 2025. Penghargaan ini sekaligus memperkuat komitmen Dinas Pertanian dan Pangan (Dinperpa) untuk terus mengembangkan biosalin sebagai solusi jangka panjang.
Ke depan, pengembangan biosalin akan diperkuat melalui kerja sama dengan berbagai pihak, di antaranya BRI, BRNP, Dinas Pertanian dan Pangan Provinsi Jawa Tengah, Kementerian Pertanian, serta Bank Indonesia. Kolaborasi tersebut diarahkan untuk pengembangan padi biosalin dengan pendekatan pertanian organik.
Salah satu tantangan utama yang masih dihadapi petani saat ini adalah keterbatasan bibit biosalin. Karena bukan termasuk bibit padi umum, ketersediaannya masih relatif terbatas.
“Ke depan, Bank Indonesia akan mendukung pengembangan bibit biosalin. Insyaallah pada tahun 2026 Kota Pekalongan bisa menyediakan bibit sendiri untuk memenuhi kebutuhan petani di wilayah kami maupun sekitar,” tukasnya.
