KETIK, SURABAYA – Daniel Handoko, anak asal Surabaya, kembali mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional.
Lewat inovasinya di bidang literasi digital, Daniel berhasil menciptakan sebuah aplikasi yang mampu melakukan pemindaian (scanning) terhadap buku-buku dan secara otomatis mengkategorikan mana buku yang layak dibaca anak-anak dan mana yang tidak sesuai untuk usia mereka.
Atas terobosannya ini, Daniel diganjar hibah dana sebesar $2.500 dari sebuah lembaga internasional yang mendukung pengembangan teknologi berbasis edukasi.
Aplikasi yang diberi nama Booklens App ni menggunakan teknologi untuk mengenali konten dalam buku, baik cetak maupun digital.
Melalui kamera ponsel atau unggahan file, aplikasi ini akan menganalisis isi buku, menandai kata-kata kunci, dan memberikan rekomendasi kategori aman atau tidak untuk anak.
Daniel yang saat ini kelas 9, bercerita aplikasi ini didasari karena kunjungan ke salah satu perpustakaan di Surabaya, Ia menemukan bahwa bebasnya anak-anak mengakses buku-buku yang tak seharusnya dibaca anak di usia tersebut.
"Di Perpus Rungkut (Surabaya) aku menemukan buku-buku yang bertema 18+ ini kok diambil anak-anak secara gamblang, akhirnya terinspirasi supaya anak-anak enggak salah baca buku, sehingga terciptalah booklens," paparnya saat ditemui di Leap Experience Pakuwon City pada Minggu 6 Juli 2025.
Daniel Handoko menunjukkan aplikasi Booklens Appnya. (Foto: Shinta Miranda/Ketik.co.id)
Ia pun memutuskan untuk mengembangkan aplikasinya selama kurang lebih 1 tahun.
Daniel tak sendiri, Ia dibantu oleh mentor-mentor dari LEAP untuk pengembang perangkat lunak sekaligus pencarian dana
hibah sebesar $2.500 dari pihak internasional.
"Akhirnya dana hibah itu aku kelola jadi aplikasi real, aplikasi itu real itu susah karena aku pemula belajar coding, nah ini memang pihak LEAP membantu aku," jelas Siswa SMP Katolik Santa Agnes.
Menariknya, Daniel tidak hanya berhenti pada pencapaian pribadi. Ia memutuskan untuk menghibahkan aplikasi Booklens App secara cuma-cuma kepada Pemerintah Kota Surabaya sebagai bentuk kontribusi nyata.
Direktur LEAP Ika Yadin berharap dengan adanya hibah aplikasi dari Daniel Handoko untuk Pemkot Surabaya, nantinya pihak pemerintah dapat membantu menambah data base buku-buku yang tersedia.
"Pemkot bisa memperpanjang ke sekolah-sekolah, murid-murid sekolah bisa masuk, perpustakaannya," jelasnya.
Kurikulum LEAP didesain kontekstual, memungkinkan siswa untuk mengidentifikasimasalah di sekitarnya, merancang solusi, dan mempresentasikannya dalam format yang mudah dipahami oleh publik dari aplikasi, permainan, hingga kampanye sosial. (*)