KETIK, SURABAYA – Penggunaan aplikasi bajakan masih marak di Indonesia, padahal ancaman keamanannya tidak main-main.
Praktisi profesional dan Founder Indonesia Honeypot Project, Prof. Dr. Ir. Richardus Eko Indrajit, mengingatkan bahwa aplikasi bajakan menjadi salah satu pintu masuk favorit bagi para pelaku kejahatan siber untuk menanamkan malware.
Menurutnya, banyak pengguna tergiur mengunduh aplikasi bajakan karena gratis atau murah, tanpa menyadari bahwa file instalasi tersebut sering disusupi kode berbahaya.
“Dengan mengunduh aplikasi bajakan, pengguna berisiko tinggi untuk terkena serangan malware," terang Prof Richard pada Selasa 12 Agustus 2025 melalui Zoom.
Ia menjelaskan, pelaku siber memanfaatkan ketidaktahuan pengguna akan risiko keamanan. Malware dapat bekerja secara diam-diam, misalnya merekam penekanan tombol (keylogger), mengambil alih kamera dan mikrofon, atau mengakses data perbankan.
“Malware dapat disusupkan ke dalam aplikasi bajakan memanfaatkan kesempatan untuk menginfeksi perangkat pengguna," paparnya.
Ia mengungkapkan jenis-jenis malware di aplikasi bajakan yaitu trojan horse, keylogger, ransomware, spyware dan adware.
Richardus menyarankan masyarakat untuk hanya mengunduh aplikasi dari sumber resmi seperti Google Play Store atau Apple App Store, serta memastikan perangkat memiliki perlindungan antivirus yang mutakhir.
Ia juga menekankan pentingnya edukasi keamanan digital sejak dini, agar masyarakat tidak mudah tergoda menggunakan software ilegal.
“Keamanan siber dimulai dari diri sendiri. Kalau kita disiplin menggunakan aplikasi resmi, kita turut memutus rantai penyebaran malware,” pungkasnya.
Dengan meningkatnya serangan siber yang memanfaatkan celah dari aplikasi ilegal, kesadaran dan kewaspadaan pengguna menjadi benteng terakhir untuk melindungi privasi dan keamanan di dunia digital.(*)