KETIK, SURABAYA – Merah Putih: One for All merupakan film yang digarap Endiarto bersama Bintang Takari. Film itu menuai kritikan tajam dari netizen sejak perilisan di bioskop pada 14 Agustus.
Film animasi itu memantik perbincangan hangat netizen yang ramai mengomentari berbagai aspek, mulai dari kualitas hingga detail visual.
Sebagian besar netizen bahkan melihat banyak kejanggalan saat menonton trailer Merah Putih: One for All yang dirilis beberapa pekan sebelum tayang di layar lebar.
Menanggapi hal ini, Dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, Irfan Wahyudi, S Sos M Comms Ph D, menegaskan pentingnya kualitas teknis dan estetika dalam karya audio-visual. Menurutnya, penerimaan pesan sangat bergantung pada pengemasan sebuah karya.
“Film, baik animasi maupun non-animasi, harus memenuhi kaidah estetika karena itu berkaitan dengan penerimaan audiens. Ketika visual tidak mendukung, pesan yang ingin disampaikan berisiko tidak efektif,” jelasnya melalui keterangan tertulis pada Jumat 22 Agustus 2025.
Irfan menilai bahwa kritik terhadap film One for All merupakan hal wajar. Pasalnya, masyarakat kini sudah terbiasa dengan standar animasi yang tinggi sehingga ekspektasi mereka semakin meningkat.
“Dalam menikmati karya visual, yang pertama kali terlihat adalah kualitas visualnya, baru kemudian pesan yang dibawa. Jika visual lemah, maka pesan, termasuk pesan nasionalisme bisa tertutupi,” tambahnya.
Irfan menjelaskan bahwa pesan dalam karya audio-visual tidak bisa dilepaskan dari kualitas media yang digunakan.
Ia mencontohkan, sebagaimana dalam tulisan yang membutuhkan gaya bahasa yang baik agar isi tersampaikan, begitu pula dalam film animasi kualitas visual menjadi pintu masuk bagi audiens.
“Kalau visualnya bagus, barulah pesan bisa diresapi dengan baik. Tetapi ketika pesan heroik atau nasionalisme tertutupi oleh visual yang tidak memenuhi standar, maka dampaknya justru berlawanan dengan tujuan awal,” ungkapnya.
Ia juga menyoroti perbandingan publik dengan karya animasi lain yang dinilai lebih baik. Menurutnya, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi industri animasi lokal untuk terus meningkatkan kualitas agar mampu bersaing di tingkat nasional maupun internasional.
Meski demikian, Irfan menekankan bahwa satu karya dengan kualitas rendah tidak serta-merta meruntuhkan citra kreatif bangsa.
Menurutnya, masyarakat sudah memiliki referensi dari berbagai karya animasi Indonesia lain yang digarap dengan serius dan menghasilkan apresiasi positif.
“Yang penting adalah kita terus belajar dan meningkatkan kualitas. Jangan sampai satu kasus dijadikan kesimpulan untuk semua karya animasi Indonesia,” tegasnya.
Ia menyoroti perlunya rumah produksi mengutamakan kualitas teknis sebelum menyampaikan pesan.
Dengan begitu, pesan budaya maupun nilai nasionalisme dapat diterima audiens secara efektif dan sekaligus meningkatkan kebanggaan masyarakat terhadap karya lokal.(*)
Film One for All, Pakar Komunikasi Unair: Harus Penuhi Kaidah Estetika
22 Agustus 2025 17:01 22 Agt 2025 17:01

Rangkuman Berita:
Film animasi "Merah Putih: One for All" menuai kritik netizen terkait kualitas visual. Dosen Unair, Irfan Wahyudi, menekankan pentingnya kualitas teknis dan estetika dalam film. Kualitas visual yang buruk berisiko menghalangi penyampaian pesan nasionalisme. Industri animasi lokal ditantang untuk terus meningkatkan kualitas.
Trend Terkini

30 Sep 2025 09:49
Pemkab Lebak Lanjutkan Pembangunan Jalan Bhakti Manunggal, Warga Kecewa Karena Tidak Dituntaskan

2 Okt 2025 21:04
Skandal Kredit di Satpol PP Kota Probolinggo: Staf Palsukan Tanda Tangan Pimpinan demi Pinjol

2 Okt 2025 02:54
BBM Masih Ada, Tapi Pompa Ditutup! Warga Ngamuk di SPBU Keude Paya Abdya

4 Okt 2025 11:15
Asian Food Festival Malang: Surga Kuliner Asia Hadir di Kota Wisata

2 Okt 2025 15:16
Turnamen Piala Bupati Halsel 2025 Alami Perubahan Jadwal Pembukaan

Tags:
Merah Putih One for All film Indonesia Pakar Unair viral viral medsos Dosen Ilkom Unair tanggapan pakar Unair soal filmBaca Juga:
Temui Yai Mim dan Sahara di Malang, Kang Dedi Mulyadi Ajak Keduanya BerdamaiBaca Juga:
Rektor Universitas Brawijaya Buka Suara Soal Status Kemahasiswaan Sahara yang Berseteru dengan Yai MimBaca Juga:
Pakar UNAIR: Jokowi di Bloomberg Bisa Dongkrak Kepercayaan Investor AsingBaca Juga:
Kebijakan Komdigi Satu Orang Satu Akun Medsos, Ini Kata Pakar Komunikasi UnairBaca Juga:
Dindikbud Pemalang Panggil Oknum Guru SD dan Kepala Sekolah Terlibat Dugaan PerselingkuhanBerita Lainnya oleh Shinta Miranda

6 Oktober 2025 20:14
1.000 Data Kematian Belum Dilaporkan, Dispendukcapil Surabaya Ingatkan Dampak Serius Terhadap Bansos dan Layanan Publik

6 Oktober 2025 20:06
Stop Vandalisme, Pemkot Surabaya Ajak Warga Ubah Coretan Jadi Karya Seni

5 Oktober 2025 20:07
Untag Surabaya Expo 2025: 3.200 Mahasiswa Baru Diajak Rayakan Kreativitas dan Nasionalisme

5 Oktober 2025 18:46
Jumlah Penonton MotoGP Mandalika 2025 Catat Rekor Baru, Lampaui 140 Ribu

5 Oktober 2025 13:31
Gubernur Khofifah Sempatkan Video Call Mario Aji sebelum Berlaga Moto2 MotoGP Mandalika 2025

5 Oktober 2025 11:20
Komisaris BRI Lukmanul Khakim Masuk Paddock Mario Aji Moto2, Dukung Penuh Super Mario Bersama BRI

Trend Terkini

30 Sep 2025 09:49
Pemkab Lebak Lanjutkan Pembangunan Jalan Bhakti Manunggal, Warga Kecewa Karena Tidak Dituntaskan

2 Okt 2025 21:04
Skandal Kredit di Satpol PP Kota Probolinggo: Staf Palsukan Tanda Tangan Pimpinan demi Pinjol

2 Okt 2025 02:54
BBM Masih Ada, Tapi Pompa Ditutup! Warga Ngamuk di SPBU Keude Paya Abdya

4 Okt 2025 11:15
Asian Food Festival Malang: Surga Kuliner Asia Hadir di Kota Wisata

2 Okt 2025 15:16
Turnamen Piala Bupati Halsel 2025 Alami Perubahan Jadwal Pembukaan

