Fatherless Hantui Anak di Kota Malang, Saatnya Ayah Turun Tangan dalam Pengasuhan

17 Juli 2025 15:34 17 Jul 2025 15:34

Thumbnail Fatherless Hantui Anak di Kota Malang, Saatnya Ayah Turun Tangan dalam Pengasuhan
Kepala Dinsos-P3AP2KB Kota Malang, Donny Sandito saat menjelaskan fenomena fatherless di Kota Malang. (Foto: Lutfia/Ketik)

KETIK, MALANG – Ketidakhadiran ayah (fatherless) dalam proses pengasuhan anak masih terjadi di Kota Malang. Kepala Dinsos-P3AP2KB Kota Malang, Donny Sandito menegaskan saatnya ayah turun tangan dalam pengasuhan anak.

Berdasarkan data dari BKKBN, terdapat 20,9 persen anak di Indonesia tidak memiliki figur ayah. Data tersebut didukung dengan data UNICEF yang mengatakan pada 2021 hanya ada 37,17 persen anak berusia 0-5 tahun yang diasuh oleh kedua orang tua.

"Di Kota Malang ini masih ada fatherless. Kalau di Kota Malang memang belum pernah kami ada studi atau apa terkait jumlahnya, tetapi ada," ujarnya, Kamis 17 Juli 2025.

Kondisi fatherless yang dialami oleh anak-anak di Kota Malang, salah satunya ditengarai oleh tingkat kasus perceraian. Mayoritas, anak-anak yang ditinggal cerai orang tuanya lebih memilih untuk tinggak bersama ibu. Hal tersebut dapat menyebabkan hilangnya peran ayah.

"Otomatis kan itu gak ada figur ayah. Kan angka perceraian juga lumayan di Kota Malang," lanjutnya.

Tak hanya perceraian, usuran pekerjaan sering kali menjadi alasan ketidakhadiran ayah dalam kehidupan anak. Terlebih ketika masyarakat masih hidup dalam belenggu keyakinan bahwa tugas untuk mendidik dan merawat anak menjadi tanggung jawab ibu.

Apabila kondisi dan persepsi tersebut terus tumbuh dalam masyarakat, akan menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan anak. Ayah memiliki peran yang sangat penting bagi pembentukan karakter anak.

"Absennya ayah dalam pengasuhan anak, sangat berdampak. Anak jadi tidak ada figur atau sosok seorang ayah sehingga dia pasti mencari kekosongan itu, mencari sosok ayah di luar," lanjutnya.

Donny menjelaskan dalam beberapa kasus, ibu kerap menjadikan ayah sebagai figur pendisiplin. Ketika anak berperilaku nakal, ibu akan memperingatkan dengan menyebut bahwa perilaku tersebut akan membuat ayah marah. Menurutnya, pola tersebut menunjukkan kehadiran ayah hanya bersifat simbolis tanpa adanya kedekatan emosional.

"Kami sering sosialisasi ke masyarakat. Kemudian kalau turun ke sekolah, juga mensosialisasikan peran ayah selain sebagai kepala keluarga. Jadi Ayah punya tanggungjawab untuk sama-sama mendidik anak. Mengajak anak bermain, berdiskusi, dan lain sebagainya," katanya.

Untuk mengurangi fenomena fatherless di Kota Malang, Dinsos-P3AP2KB Kota Malang juga mendukung program Kemendukbangga/BKKBN yakni Gerakan Ayah Mengantar Anak.' Program tersebut telah dilaksanakan di beberapa sekolah khususnya Sekolah Khusus Sekolah Siaga Kependudukan (SSK).

"SSK itu ada 7 di Kota Malang. Ada di SMPN 1, 3, 5, 10, 21, SMAN 7 dan 10. Kami lebih ke gerakan Ayah Teladan yang mau kami luncurkan lewat SE. Itu saat pengambilan rapor siswa, diharapkan ayah yang hadir," pungkasnya.(*)

Tombol Google News

Tags:

Dinsos-P3AP2KB kota malang Fatherless peran ayah pengasuhan anak Kota Malang hilangnya peran ayah