KETIK, MALANG – Kolaborasi baru antara Pusat Pengembangan Bisnis (P2B) dan LP2M UIN Malang bersama Arsiarie Corporate yang membahas tentang penguatan hilirisasi riset menuju industri resmi digelar pada Selasa, 18 November 2025.
Kepala P2B UIN Malang, Dr. H. Suud Fuadi, S.HI., M.EI., menyebutkan bahwa kolaborasi ini penting agar hasil riset tidak hanya berhenti pada laporan atau publikasi akademik saja.
Ia menekankan bahwa hasil riset seharusnya bisa berdampak dan mampu menjawab berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat.
Menurut Dr. Suud, Arsiarie—yang merupakan bagian dari PathGen Group dan telah berpengalaman membawa berbagai riset ke dunia industri, termasuk bekerja sama dengan Biofarma—dipilih karena rekam jejaknya yang kuat.
“Kami berharap riset-riset kampus tidak hanya menjadi tumpukan dokumen atau berhenti pada Scopus, tetapi benar-benar memberi solusi bagi kebutuhan masyarakat,” ujarnya.
Riset yang diutamakan untuk dihilirkan meliputi sains, teknologi, kedokteran, dan farmasi. Bidang-bidang ini dinilai memiliki potensi tinggi untuk masuk industri.
Selain itu, riset sosial juga menjadi prioritas karena dapat mendukung social engineering dan menjawab kebutuhan pemerintah serta pemerintah daerah yang bermitra dengan Arsiarie.
Terkait mekanisme kerja, Arsiarie akan melakukan pemetaan riset dari para peneliti UIN Maliki Malang, kemudian menghubungkannya dengan industri atau lembaga pendanaan yang siap mengembangkan riset terpilih, sehingga mencapai tahap prototipe dan siap produksi.
“Proses pemetaan sedang berjalan, dan sudah terlihat beberapa penelitian yang masuk klasifikasi siap dihilirkan, terutama di bidang farmasi, sains, dan pendidikan,” tambahnya.
Ia juga menegaskan bahwa kolaborasi ini merupakan langkah penting dalam mendukung kemandirian kampus menuju status PTNBH. Hilirisasi riset akan membuka peluang royalti bagi peneliti sekaligus bagi institusi.
Namun, ia mengakui bahwa selama ini hambatan terbesar terletak pada keterbatasan akses kampus terhadap industri dan pemerintah yang membutuhkan riset terapan, serta budaya riset yang hanya ditargetkan pada laporan dan jurnal.
Dr. Su’ud berharap kerja sama ini menjadi titik balik agar riset-riset kampus benar-benar memberi dampak sosial dan ekonomi.
“Intinya, kami ingin riset hadir sebagai jawaban atas masalah masyarakat, bukan sekadar produk akademik,” tutupnya. (*)
