Rektor Unisma: AI Harus Jadi Alat Bantu, Bukan Pengganti Peran Intelektual

19 November 2025 21:00 19 Nov 2025 21:00

Thumbnail Rektor Unisma: AI Harus Jadi Alat Bantu, Bukan Pengganti Peran Intelektual
Rektor Unisma, Prof. Junaidi, pembicara pertama di acara The 6th International Conference on English Language Teaching 2025. Rektor menyoroti etika penggunaan AI dalam penulisan karya ilmiah. (Foto: Albani/Ketik.com)

KETIK, MALANG – Rektor Universitas Islam Malang (Unisma), Prof. Drs. Junaidi, M.Pd., Ph.D., mengingatkan bahwa penggunaan kecerdasan buatan (AI) secara berlebihan dalam penulisan ilmiah telah menjadi persoalan etika akademik yang serius.

Pernyataan tersebut disampaikan Prof. Junaidi saat menghadiri The 6th International Conference on English Language Teaching 2025, Rabu, 19 November 2025.

Rektor ketujuh Unisma itu menegaskan AI memang menawarkan banyak peluang positif bagi mahasiswa dan dosen, namun manfaat itu hanya bisa dicapai jika teknologi diposisikan sebagai alat bantu, bukan sebagai pengganti peran intelektual penulis.

Ia menyoroti maraknya kecenderungan mahasiswa meminta AI menulis penuh sebuah karya ilmiah lalu mengklaimnya sebagai karya pribadi. 

“Di situ letak masalahnya. Teknologi bukan untuk mengambil alih pekerjaan kita. AI dipakai untuk membantu, bukan menggantikan,” ujar Prof. Junaidi kepada Ketik.com.

Prof. Junaidi juga menekankan bahwa kemampuan kognitif pengguna tetap menjadi pusat dari setiap proses ilmiah. Mahasiswa harus tetap melakukan analisis, membaca literatur, dan menyusun argumen secara mandiri.

Ia menyebut etika akademik adalah fondasi utama yang harus terus dijaga, baik oleh mahasiswa maupun dosen. Dalam konteks penggunaan AI, etika ini menjadi semakin penting agar karya yang dihasilkan tetap mencerminkan integritas akademik.

Sebagai bentuk tindak lanjut dari konferensi internasional ini, ia akan meminta program studi untuk mengadakan workshop khusus mengenai penggunaan AI dalam penulisan artikel ilmiah.

Tujuannya bukan untuk membatasi, tetapi memberikan pemahaman jelas tentang cara memanfaatkan teknologi secara tepat, kreatif, dan tetap beretika.

“Dengan berpegang pada etika akademik, penggunaan AI akan menjadi pembantu, bukan pengganti,” tegasnya.

Melalui pendekatan yang bijak dan terarah, ia optimistis teknologi dapat menjadi sarana yang memperkuat budaya riset di kampus. (*)

Tombol Google News

Tags:

UNISMA Kecerdasan Buatan AI Rektor Unisma Universitas Islam Malang