KETIK, MALANG – Kementerian Desa dan Lingkungan Hidup DEMA UIN Malang resmi menutup rangkaian program Semesta Mengabdi di Desa Sidodadi, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang, pada Jumat, 15 November 2025.
Program yang berlangsung sejak 17 Agustus ini meninggalkan capaian besar berupa pendirian Kampus Alam Tegalsari Indonesia (KATI)—sebuah kampus alam tanpa dinding yang mengusung pendidikan dan konservasi sebagai inti geraknya.
Program pengabdian ini dirancang dengan pendekatan Asset-Based Community Development (ABCD), metode yang menekankan penggalian kekuatan terbaik yang dimiliki suatu komunitas.
Ketika tim pengabdian terjun ke Sidodadi, mereka menemukan desa yang kaya potensi alam dan budaya, namun dalam waktu yang sama menghadapi ancaman ekologis: pendangkalan sungai, banjir tahunan, dan erosi lahan.
“Kami melihat bahwa menjadikan Sidodadi sebagai wisata massal justru berpotensi merusak lingkungan dan melemahkan peran masyarakat,” ujar Fiqhan, Menteri Desa dan Lingkungan Hidup DEMA UIN Malang, sekaligus penanggung jawab program ini.
“Karena itu, kami mengembangkan model eduwisata berbasis konservasi—yang menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama, bukan penonton.”
KATI: Kampus Masa Depan Berbasis Konservasi
KATI hadir sebagai kampus alam tanpa dinding yang menerapkan tridarma perguruan tinggi secara langsung di lapangan:
- Alam menjadi ruang belajar,
- Masyarakat bertindak sebagai dosen,
- Aksi konservasi menjadi laboratorium pendidikan dan penelitian.
Melalui konsep ini, KATI diharapkan menjadi pusat riset lapangan dan pengabdian jangka panjang, sekaligus model kampus alternatif yang relevan dengan kebutuhan masa depan.
Selama empat bulan program berlangsung, tim berhasil menyusun kurikulum KATI, SOP kelembagaan, profil lembaga, hingga guide book yang merumuskan arah pengembangan KATI ke depan.
Tak berhenti di situ, tim juga merintis bank data konservasi sebagai dasar penyusunan perencanaan jangka panjang di Sidodadi.
Konservasi untuk Pelajar—Mulai dari SMP
Di bidang pendidikan lingkungan, tim meresmikan Ekstrakurikuler Konservasi Alam di SMP PGRI 04 Gedangan. Kegiatan ini menjadi unit edukasi konservasi tingkat pelajar, mengajarkan dasar-dasar ekologi, pemetaan sungai, observasi lapangan, hingga pembuatan bank bibit mangrove di sekolah.
Riset Lapangan: Dari Pemetaan Ekologi hingga Bank Bibit Mangrove
Sepanjang program, tim mencatat sejumlah output berbasis riset dan aksi lapangan, di antaranya:
- Pembentukan Bank Bibit Mangrove,
- Pemetaan Sungai Bajulmati mencakup titik pendangkalan, area kritis, kawasan rehabilitasi, serta prioritas penanaman,
- Penyusunan kurikulum dan sistem kelembagaan KATI,
- Publikasi artikel,
- Pengembangan enam modul keilmuan KATI.
“Pengabdian ini bukan seremonial. Semua yang kami kerjakan berbasis data, analisis potensi, dan aksi nyata di lapangan,” tegas Fiqhan.
Komitmen Jangka Panjang untuk Sidodadi
KATI diproyeksikan sebagai pusat konservasi dan pendidikan lingkungan jangka panjang. Ke depannya, lembaga ini akan mengembangkan kelas alam, laboratorium sungai, pelatihan riset desa, hingga program eduwisata konservasi yang melibatkan masyarakat secara lebih menyeluruh.
“KATI adalah model kampus masa depan,” tambah Fiqhan. “Bukan hanya belajar teori, tetapi turun langsung di alam. Ini ruang belajar yang relevan untuk generasi baru yang membutuhkan pengalaman nyata dalam konservasi.”
Penutupan Semesta Mengabdi ditandai dengan refleksi bersama dosen, masyarakat, pihak sekolah, perangkat desa, hingga puluhan mahasiswa.
Peresmian KATI menjadi puncak kegiatan—sekaligus awal dari komitmen baru untuk menjadikan Sidodadi sebagai desa konservasi yang mandiri dan berkelanjutan. (*)
