ISE 2025 UIN Malang: Menelisik Warisan Kolonial Inggris-Belanda di Budaya India dan Indonesia

14 November 2025 14:46 14 Nov 2025 14:46

Thumbnail ISE 2025 UIN Malang: Menelisik Warisan Kolonial Inggris-Belanda di Budaya India dan Indonesia
Melalui daring, Md Rizwan Khan, M.A memaparkan bagaimana tujuan yang sama (kemerdekaan) meski dicapai dengan jalan yang berbeda. (Foto: Dok. Humaniora)

KETIK, MALANG

Program Studi Sastra Inggris, Fakultas Humaniora UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, kembali menggelar forum akademik berskala internasional, International Scholar Engagement (ISE), dengan tema “From Europe to Asia: How Colonial Histories Shape the Cultures of India and Indonesia”, Jumat, 14 November 2025.

Kegiatan ini menghadirkan Md Rizwan Khan, M.A., dari Indira Gandhi National Open University, New Delhi, India, sebagai narasumber.

Forum ini diikuti oleh mahasiswa Sastra Inggris yang ingin memahami lebih dalam bagaimana warisan kolonial Eropa membentuk budaya di India dan Indonesia.

Dalam diskusi yang dipandu Finda Mufihatun Najihah, Rizwan menjelaskan bahwa kolonialisme tidak hanya terkait eksploitasi ekonomi, tetapi juga membawa perubahan sosial dan budaya, yang dampaknya masih dirasakan hingga saat ini.

Ia menegaskan bahwa pengalaman kolonial Inggris di India dan Belanda di Indonesia sama-sama berawal dari kepentingan dagang, namun berkembang menjadi dominasi politik dan budaya.

“Inggris datang ke India untuk berdagang kapas, sementara Belanda datang ke Indonesia untuk mencari rempah, namun keduanya membawa lebih dari sekadar komoditas,” ujarnya, merujuk pada pengaruh bahasa, pendidikan, hukum, hingga gaya hidup.

Rizwan juga membahas peran bahasa kolonial dalam membentuk identitas nasional.

Di India, bahasa Inggris menjadi bahasa resmi yang membuka akses terhadap pendidikan dan administrasi, sedangkan di Indonesia, bahasa Belanda meninggalkan berbagai kosakata seperti kantoor (kantor), schoen (sepatu), dan roken (rokok).

Selain aspek linguistik, ia menyoroti transformasi sosial melalui pembangunan infrastruktur seperti jalur kereta api serta munculnya budaya minum teh dan kopi, yang kini menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di kedua negara.

“Budaya minum teh di India dan budaya kopi di Indonesia adalah warisan kolonial yang kemudian diadaptasi menjadi simbol kebersamaan dan penggerak ekonomi lokal,” jelasnya.

Pada bagian penutup, Rizwan membandingkan perjalanan kemerdekaan India dan Indonesia.

Menurutnya, kedua negara dipimpin tokoh karismatik—Mahatma Gandhi yang menekankan perjuangan tanpa kekerasan (ahimsa), serta Sukarno-Hatta dengan strategi diplomasi dan perlawanan bersenjata.

“Meski jalan yang ditempuh berbeda, India dan Indonesia memiliki satu semangat yang sama: merdeka,” tegasnya.

Ia menutup pemaparan dengan menekankan bahwa memahami sejarah kolonial bukan sekadar mengenang masa lalu, tetapi menjadi landasan penting untuk memperkuat hubungan lintas budaya antara kedua negara di masa depan.

Tombol Google News

Tags:

#forum akademik internasional Prodi Bahasa Inggris Fakultas Humaniora UIN Malang #md rizwan khan ma #jejak kolonial india Indonesia Kemerdekaan