Ayam Kodok, Sajian Istimewa yang Melekat di Natal dan Tahun Baru

12 Desember 2025 00:15 12 Des 2025 00:15

Thumbnail Ayam Kodok, Sajian Istimewa yang Melekat di Natal dan Tahun Baru
Sajian Ayam Kodok lengkap dengan sayurannya (Foto: iStock Photo)

KETIK, SURABAYA – Ayam Kodok adalah hidangan yang mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, namun wujudnya sebenarnya cukup familiar ketika dilihat. Masakan ini kerap hadir dalam berbagai perayaan, salah satunya saat Natal dan Tahun Baru.

Terinspirasi dari hidangan daging cincang ala Prancis seperti ballotine dan galantine, Ayam Kodok diperkenalkan oleh bangsa Belanda pada masa kolonial.

Resepnya pertama kali diketahui dari buku masak Indonesia yang ditulis oleh seorang juru masak Belanda, di mana tercantum menu gevulde kip yang berarti ayam utuh berisi daging cincang dan rempah-rempah. Istilah “kodok” muncul karena bentuk hidangan ini yang melebar dan pipih menyerupai kodok setelah dipanggang karena tidak adanya tulang di dalamnya.

Ayam Kodok dibuat dari ayam utuh yang kulitnya dilepas, kulit tersebut kemudian diisi dengan campuran daging ayam filet yang digiling, dicampur daging sapi atau daging babi, serta bumbu-bumbu.

Beberapa versi resep juga menambahkan telur rebus sebagai isiannya. Setelah kulit terisi penuh, bagian tepinya dijahit hingga rapat. Hidangan ini dikukus selama lebih dari tiga jam sebelum akhirnya dipanggang hingga berwarna kecokelatan.

Biasanya, Ayam Kodok disajikan utuh dan dipotong saat hendak disantap, dan dihidangkan dengan saus gravy, kentang goreng, serta aneka sayuran.

Untuk mendapatkan hasil terbaik, disarankan menggunakan ayam broiler tua karena kulit dan dagingnya lebih kuat sehingga tidak mudah robek. Pilihan ini juga mempertahankan keaslian hidangan sejak masa kolonial. Pada zaman itu hanya ada ayam kampung dengan tekstur daging yang keras dan padat.

Karena ukurannya besar dan proses memasaknya cukup rumit, Ayam Kodok umumnya hanya dibuat pada momen-momen khusus. Namun, seiring berjalannya waktu, hidangan Natal yang khas ini semakin jarang ditemui. Proses pembuatannya yang panjang membuat banyak orang memilih sajian lain yang lebih praktis.

Meski kini tidak lagi sepopuler dulu, Ayam Kodok lebih dari sekadar sajian perayaan, hidangan ini menyimpan sejarah serta nilai nostalgia yang kuat.

Bagi banyak keluarga, menyajikan Ayam Kodok bukan hanya soal rasa, tetapi juga upaya menjaga tradisi yang diwariskan turun-temurun. Dengan mempertahankan keberadaannya, kita ikut melestarikan salah satu kekayaan kuliner Nusantara yang unik dan penuh cerita. (*)

Tombol Google News

Tags:

Hidangan makanan Natal Tahun baru ayam kodok ayam Kuliner Belanda sejarah Unik