Tunggu Tubang Tak Akan Tumbang: Tradisi Adat Semende Hadir di UIN Raden Fatah Palembang

14 September 2025 14:21 14 Sep 2025 14:21

Thumbnail Tunggu Tubang Tak Akan Tumbang: Tradisi Adat Semende Hadir di UIN Raden Fatah Palembang
Ghompok Kolektif menghadirkan gerakan kultural lewat karya visual dan ruang diskusi di UIN Raden Fatah Palembang pada Senin, 15 September 2025. (Foto: Ghompok Kolektif)

KETIK, PALEMBANG – Bagaimana jika solusi ketahanan pangan masa kini ternyata telah diwariskan oleh leluhur sejak ratusan tahun lalu? Pertanyaan inilah yang menjadi gagasan utama Ghompok Kolektif, komunitas visual storytelling asal Palembang.

Melalui film dokumenter “Mother Earth”, buku foto “Badah Puyang”, serta pameran dan diskusi publik, Ghompok Kolektif memperkenalkan kembali tradisi Tunggu Tubang yang mengakar di adat Semende. Dalam tradisi ini, perempuan memiliki peran krusial dalam menjaga pusaka keluarga, yang secara turun-temurun tak boleh dijual.

Sutradara Muhammad Tohir mengabadikan perjalanan keluarga Tunggu Tubang di Semende Darat, Muara Enim, melalui film “Mother Earth”. Menurut Tohir, pusaka seperti sawah, rumah, kebun, dan tebat bukan hanya aset, melainkan amanah dari leluhur.

“Di dalam pusaka itu ada makna kedaulatan pangan. Menjaganya berarti menjaga kehidupan,” jelas Tohir, Minggu, 14 September 2025.

Selain film, fotografer Ahmad Rizki Prabu bersama penulis Yuni Rahmawati menghadirkan buku foto “Badah Puyang”. Puluhan foto hitam putih menyoroti kehidupan sehari-hari masyarakat Semende, menghadirkan kesan abadi sebagaimana nilai adat yang diwariskan puyang (leluhur).

Ghompok Kolektif menggelar acara bertajuk “Tunggu Tubang Tak Akan Tumbang: Kedaulatan Pangan Berkelanjutan” pada Senin, 15 September 2025 di Bioskop Mini UPT Perpustakaan UIN Raden Fatah, Kampus B Jakabaring, Palembang. Rangkaian acara terbuka untuk umum, meliputi:

  • Pameran Foto: 09.00 – 16.00 WIB
  • Pemutaran Film Mother Earth: 13.00 WIB
  • Diskusi Publik: 14.00 – 17.00 WIB dengan narasumber Dian Maulina (UIN Raden Fatah), Yuni Rahmawati (penulis), Ahmad Rizki Prabu (fotografer), Muhammad Tohir (sutradara), dimoderatori jurnalis Nopri Ismi.

Acara ini diharapkan menjadi ruang refleksi bersama mengenai pentingnya kearifan lokal sebagai inspirasi solusi pangan. Setelah Palembang, Ghompok Kolektif akan melanjutkan diseminasi karyanya ke Desa Muara Tenang, Kecamatan Semende Darat Ulu, Kabupaten Muara Enim, tempat asal tradisi Tunggu Tubang.

“Ini langkah awal. Masih banyak pengetahuan adat yang bisa kita gali. Semoga publik semakin percaya bahwa Tunggu Tubang tak akan pernah tumbang,” ujar Tohir.

Bagi Ghompok Kolektif, karya-karya ini merupakan sebuah gerakan kultural. Di tengah arus modernisasi yang masif, mereka mengingatkan publik bahwa ketahanan pangan dapat berlandaskan pada nilai-nilai adat yang sederhana, namun bijaksana.

Memadukan visual, narasi, dan diskusi, acara ini berupaya mengajak publik menemukan kembali bahwa bisa jadi solusi kedaulatan pangan sudah lama ada dalam kearifan lokal. (*)

Tombol Google News

Tags:

Anak muda berkarya film dokumenter ketahanan pangan semende Sumatera Selatan UIN Raden Fatah ghompok kolektif tunggu tubang