KETIK, MALANG – Kota Malang kembali menjadi pusat perhatian umat Islam dari seluruh penjuru negeri. Jutaan jamaah hadir untuk mengikuti perhelatan akbar tahunan, yaitu Haul Akbar Al Imamain RA 2025 dan peringatan Hari Lahir (Harlah) Pondok Pesantren Darul Hadits Al-Faqihiyyah Ahlussunah Wal Jama’ah.
Haul Akbar Imamain RA digelar selama dua hari dengan rangkaian kegiatan keagamaan yang terbuka untuk umum.
Agenda dimulai Sabtu, 13 Desember 2025 sore dengan ziarah bersama ke TPU Kasin, Malang, pukul 15.00 WIB, dilanjutkan khotmil Qur’an serta pembacaan kata-kata mutiara Al-Imamain RA pada malam harinya.
Kegiatan berlanjut Minggu, 14 Desember 2025 sejak dini hari melalui pembacaan Maulid Nabi Muhammad SAW pukul 04.30 WIB. Puncak Haul Akbar dijadwalkan berlangsung pukul 08.00 WIB dengan pusat kegiatan berada di lingkungan Pondok Pesantren Darul Hadits Al-Faqihiyyah.
Seluruh rangkaian acara juga dapat diikuti secara daring melalui kanal YouTube resmi Darul Hadits Al-Faqihiyyah Malang, sehingga jamaah dari luar daerah tetap bisa berpartisipasi.
Acara ini merupakan momen sakral untuk mengenang jasa dan perjuangan dua tokoh habaib karismatik, Al Habib Abdul Qodir bin Ahmad Bilfaqih Al 'Alawy (haul ke-65) dan putranya, Al Habib Abdullah bin Abdul Qodir Bilfaqih (haul ke-35). Keduanya dikenal sebagai pendiri dan penggerak utama Ponpes Darul Hadits.
Tingginya antusiasme umat terlihat dari membludaknya jamaah yang memenuhi setiap sudut kota. Mereka datang dengan satu tujuan: mengambil berkah dan meneladani kemuliaan serta keilmuan yang telah diwariskan oleh kedua Al Imamain (Dua Imam) tersebut.
Lalu, seperti apakah sosok mulia yang berhasil menggerakkan jutaan hati ini? Berikut ulasan singkat mengenai riwayat hidup Al Habib Abdul Qodir bin Ahmad Bilfaqih.
Al Habib Abdul Qodir Bilfaqih: Tokoh Pendiri dari Tarim ke Tanah Jawa
Al Habib Abdul Qodir bin Ahmad Bilfaqih RA adalah sosok sentral yang jasa-jasanya dikenang melalui Haul Akbar ini. Ia lahir di Kota Tarim, Hadramaut, Yaman Selatan, pada hari Selasa, 15 Shafar 1316 Hijriah.
Kelandaian ilmu dan kemuliaannya bahkan telah diisyaratkan sejak kelahirannya.
Dikisahkan, pada malam kelahirannya, seorang ulama besar, Al-Habibul Imam Syaikhon Bin Hasyim As-Seggaf RA, bermimpi bertemu dengan Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani.
Dalam mimpinya, tokoh yang bergelar Sulthonil Auliya’ (Pemimpin Para Wali) tersebut menitipkan Al-Qur'anul Karim untuk disampaikan kepada ayahanda Habib Abdul Qodir, yaitu Habibul Imam Ahmad bin Muhammad Bilfaqih RA.
Setelah diceritakan tentang mimpi mulia tersebut, Al-Habibul Imam Ahmad bin Muhammad RA menjawab, "Alhamdulillah tadi malam aku dianugerahi oleh Allah SWT seorang putra. Dan itulah isyarat tafsir mimpimu bertemu dengan Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani RA."
Berdasarkan isyarat tersebut, sang putra dinamakan Abdul Qodir, dengan harapan kelak Allah SWT akan memberikannya maqam dan wilayah (kedudukan spiritual) sebagaimana Syekh Abdul Qodir Jaelani.
Perjalanan Ilmu dan Hijrah ke Malang
Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih mengawali pendidikannya di Tarim, Hadramaut, dengan berguru kepada ulama-ulama besar. Pencarian ilmu Habib Abdul Qodir tidak berhenti di sana. Ia melanjutkan rihlah ilmiyahnya hingga ke kota-kota lain seperti Sewun (Hadramaut), Makkah Al Mukarramah, Madinah Al Munawaroh, Kairo (Mesir), hingga ke Afrika Barat.
Pada usia 14 tahun, ia bahkan telah memperoleh ijazah ilmu-ilmu agama dan amaliah dari gurunya, Habib Ahmad bin Hasan Alathas. Sang guru telah berpesan bahwa kelak ia akan memperoleh kedudukan dan keadaan yang besar di Tanah Jawa.
Prediksi sang guru terbukti. Setelah menempuh perjalanan yang panjang, Indonesia menjadi destinasi hijrah terakhir Habib Abdul Qodir. Kota Malang, Jawa Timur, adalah tempat peristirahatan dakwah terakhirnya, tepatnya pada 12 Rabiul Awal 1364 Hijriah, bertepatan dengan 13 Februari 1945 Masehi.
Enam bulan sebelum proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, ia mendirikan cikal bakal Pondok Pesantren Darul Hadits Al-Faqihiyyah. Awalnya berlokasi di Jl. Embong Arab, pesantren ini kemudian berpindah dan berkembang pesat di lokasinya yang sekarang, yaitu di Jl. Aris Munandar.
Al Habib Abdullah Bilfaqih: Penerus Estafet Kepemimpinan
Setelah wafatnya Al Habib Abdul Qodir, perjuangan dakwah dan kepemimpinan pesantren dilanjutkan oleh putranya, Al Habib Abdullah bin Abdul Qodir Bilfaqih. Ia dikenal sebagai sosok yang teguh menjaga warisan keilmuan sang ayah dan memimpin Darul Hadits hingga menjadi salah satu lembaga pendidikan Islam terkemuka di Indonesia.
Haul Akbar Al Imamain ini juga merupakan penghormatan atas jasa-jasanya dalam mengembangkan dakwah dan pendidikan.
Lautan Jamaah: Bukti Kemuliaan Al Imamain
Setiap tiba hari peringatan Haul Akbar Al Imamain, Kota Malang selalu dipadati oleh lautan manusia. Jutaan umat Islam dari berbagai wilayah, bahkan negara, hadir dengan penuh kerinduan dan keikhlasan.
Antusiasme yang begitu besar ini menjadi bukti nyata bahwa kemuliaan dan keteladanan kedua habib tersebut terus menginspirasi dan menjunjung tinggi nama baik mereka, khususnya di kalangan santri dan seluruh umat Islam.
Tradisi haul ini bukan sekadar peringatan, tetapi juga momentum untuk memperkuat tali persaudaraan dan mengingatkan kembali pentingnya meneladani akhlak dan ilmu para ulama pendahulu.
