Secercah Harapan Keluarga Korban Ponpes Al Khoziny Sidoarjo

Tak Ada Pengurus Ponpes yang Temui dan Tenangkan Hati Keluarga Santri Korban Reruntuhan

2 Oktober 2025 21:44 2 Okt 2025 21:44

Thumbnail Secercah Harapan Keluarga Korban Ponpes Al Khoziny Sidoarjo
Hamida Soetadji memunjukkan foto keponakannya, Mochamad Muhfi Alfian, Kamis, 2 Oktober 2025. (Foto: Khaesar/Ketik)

KETIK, SIDOARJO – Empat hari sudah keluarga besar Mochamad Muhfi Alfian menunggu di sekitar lokasi reruntuhan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo. Dari pagi hingga larut malam, Hamida Soetadji yang merupakan bibi korban tidak pernah beranjak jauh dari posko evakuasi.

Bagi keluarga, penantian ini begitu panjang. “Kami cemas, menunggu lama karena berbagai hal. Sampai hari keempat ini belum ada kabar. Nama Mobi juga belum masuk daftar korban yang ditemukan,” kata perempuan yang akrab disapa Mimied ini dengan suara bergetar.

Mochamad Muhfi Alfian baru berusia 16 tahun. Ia duduk di bangku kelas 1 SMA dan menimba ilmu agama di Ponpes Al Khoziny. Remaja asal Sedati, Sidoarjo itu merupakan anak sulung pasangan Jayanti Mandasari dan Andre Wilis. Beberapa jam sebelum musibah, Mobi sempat menelepon ibunya hanya untuk meminta tambahan uang saku yang belakangan dikenang sebagai percakapan terakhir antara ibu dan anak.

Kini, yang tersisa hanyalah harapan agar jenazah Muhfi segera ditemukan. “Ibu korban sudah ikhlas karena anaknya meninggal dalam keadaan suci. Tapi kami keluarga berharap segera ditemukan dalam kondisi apa pun,” tutur Mimied.

Keluarga pun mengikuti setiap perkembangan proses evakuasi. Mereka bahkan sempat berdiskusi langsung dengan tim SAR dan Basarnas soal penggunaan alat berat. Ayah dan kakak korban lainnya yang berprofesi di bidang konstruksi memahami risiko evakuasi di tengah reruntuhan. “Kami minta supaya hati-hati. Kalau bisa gunakan crane agar tidak semakin ambrol. Kami ingin jenazah tetap utuh, tapi apa pun kondisinya kami siap menerima,” ucapnya.

Di tengah penantian yang melelahkan, keluarga merasa ada yang kurang. Sejak hari pertama, mereka belum sekalipun mendapat kunjungan dari pihak pengasuh atau pengurus yayasan pondok. “Tidak ada pengurus pondok atau yayasan yang menemui kami. Bahkan sekadar menenangkan hati kami pun tidak,” ungkapnya.

Meski begitu, apresiasi tinggi diberikan keluarga kepada para petugas yang tanpa lelah berjibaku di lapangan. “Kami berterima kasih kepada teman-teman rescue. Semoga anak kami segera ditemukan. Kalau pun sudah meninggal, kami hanya ingin bisa melihat dan membawanya pulang untuk dimakamkan di rumah,” ujar Hamida.

Hingga hari keempat pascaperistiwa, tim SAR gabungan terus mengerahkan alat berat, termasuk crane dan puluhan dump truck, untuk mempercepat evakuasi. Dari puluhan korban yang berhasil diidentifikasi, nama Muhfi belum ada di antaranya. Namun, bagi keluarganya, setiap detik menunggu masih menyisakan secercah harapan. (*)

Tombol Google News

Tags:

Ponpes Al Khoziny Ambruk bagunan Gedung Ponpes Pondok pesantren kejadian di Sidoarjo sidoarjo Keluarga korban al Khoziny