KETIK, SURABAYA – Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (Fisip Unair) meneliti implikasi urban tourism di Jalan Tunjungan terhadap ekonomi dan identitas budaya di Kota Surabaya.
Penelitian ini berhasil mendapatkan pendanaan dari Kemendiktisaintek dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2025. Tim Unair yang diketuai Arvian Ijlal Adhipratama mengusung skema PKM Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH).
Penelitian berjudul Implikasi Urban Tourism di Tunjungan terhadap Ekonomi dan Identitas Budaya Surabaya sebagai Global City dalam Mewujudkan SDGs 8 dan 11, tim Unair menemukan fenomena ekspansi komersial yang mengancam warisan budaya setempat.
Berada di jantung Kota Surabaya, kawasan jalan Tunjungan sejak dulu telah menjadi nadi perekonomian warga Surabaya. Tidak hanya itu kawasan jalan Tunjungan juga menjadi penggerak pengembangan kebudayaan Kota Surabaya yang sarat akan nilai-nilai luhur.
Urban tourism di Tunjungan mencerminkan proses glokalisasi, yaitu perpaduan elemen global dan lokal.
"Kami ingin meneliti dampak urban tourism di Tunjungan terhadap sektor ekonomi dan identitas budaya dalam konteks pencapaian SDGs 8 dan 11,” jelas Arvian, Jumat, 11 Juli 2025.
Sebagai informasi, SDGs 8 bertujuan menciptakan pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, SDGs 11 bertujuan mewujudkan kota dan komunitas yang berkelanjutan.
Hasil awal menunjukkan bahwa wisatawan Surabaya pada 2024 mencapai 18 juta orang. Namun, kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) hanya 14,7 persen karena belum optimalnya sistem retribusi dan kurangnya sinergi pemerintah dengan pelaku lokal.
"Identitas budaya Surabaya ditampilkan melalui revitalisasi bangunan kolonial, festival lokal, dan narasi historis yang berpadu dengan branding modern," tambahnya.
Namun di balik itu terdapat ancaman yang dikhawatirkan akan mengubah kebudayaan Kota Surabaya yang selama ini sudah terjaga, yakni adanya potensi homogenisasi budaya akibat masifnya pariwisata.
Oleh sebab itu, pihaknya melakukan penelitian dengan mengelola perspektif narasumber yang beragam dan perbedaan pengalaman antar anggota tim. Metode penelitian menggunakan kualitatif eksploratif dengan pendekatan interdisipliner hubungan internasional dan antropologi budaya.
"Harapannya, penelitian ini dapat menjadi referensi kebijakan untuk mendukung pariwisata berkelanjutan dan ekonomi inklusif di Surabaya sesuai SDGs 8 dan 11," pungkasnya.(*)