Banner #GerebekBatu

Gerebek Batu

Potret Perubahan Iklim di Kota Batu: Banjir dan Longsor Kian Jadi Langganan

12 Desember 2025 13:11 12 Des 2025 13:11

Thumbnail Potret Perubahan Iklim di Kota Batu: Banjir dan Longsor Kian Jadi Langganan
Kebakaran yang terjadi di Lereng Gunung Panderman petak 227 RPH Oro-Oro Ombo Kota Batu, beberapa waktu lalu (Foto: BPBD Kota Batu)

KETIK, BATU – Perubahan iklim global semakin nyata terasa di Kota Batu. Bukan hanya menekan produktivitas apel -ikon pertanian kota ini- tapi juga memicu meningkatnya kejadian bencana hidrometeorologi dalam beberapa tahun terakhir. Data cuaca dari BPS Kota Batu menunjukkan tren yang jelas: suhu rata-rata terus naik, dan curah hujan tahunan ikut meningkat, bahkan mencapai titik-titik ekstrem.

Perubahan iklim berdampak besar terhadap terjadinya bencana hidrometeorologi. Salah satu contohnya, pemanasan suhu membuat penguapan lebih banyak. Walhasil, curah hujan pun meningkat, bahkan sampai ke titik ekstrem. Curah hujan ini bisa berdampak longsor, banjir, tanah amblas dan sebagainya.

Dari data BPS Kota Batu, terlihat bahwa terjadi peningkatan suhu selama beberapa tahun belakangan. Hal ini diikuti dengan naiknya juga curah hujan dalam setahun.

Data: BPS Kota Batu. (Infografis: Ulil Albab/Ketik.com)

Di Kota Batu, longsor menjadi bencana paling dominan. Dalam rentang 2018–2022, total terjadi 269 kejadian. Puncaknya terjadi pada 2021 dengan 103 kejadian, sekaligus tahun dengan kerusakan terparah: 46 rumah dan 87 fasilitas umum terdampak.

Fenomena ini sejalan dengan curah hujan ekstrem pada tahun tersebut, yang menyebabkan banyak titik rawan mengalami pergerakan tanah.

Walau pada 2022 jumlah kejadian kembali turun ke 59, risikonya tetap tinggi karena penyebaran kejadian berada di seluruh wilayah perbukitan Batu.

Berbeda dengan longsor, banjir menunjukkan pola yang relatif stabil. Jumlah kejadian berkisar antara 11 hingga 25 kejadian per tahun.

Yang menarik, 2021 menjadi tahun dengan dampak terbesar, yaitu 46 rumah dan 37 fasilitas rusak, meskipun jumlah kejadian sama dengan tahun-tahun lain.

Angin kencang juga merupakan bencana hidrometeorologi yang rentan terjadi di Kota Batu. Pada 2019, tercatat ada 25 kejadian angin kencang. Akibatnya, 585 rumah rusak.

Selain angin kencang, bencana hidrometeorologi yang juga rentan terjadi di Kota Batu adalah kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Kejadian ini menunjukkan pola naik-turun. 

Pada tahun 2019, tercatat ada 23 kejadian. Meski pada 2021 angka nol, karhutla kembali muncul pada 2022.

Fenomena ini menandakan bahwa musim kering panjang tetap menjadi ancaman bagi wilayah hutan dan perbukitan Kota Batu.

Data-data ini menunjukkan bahwa Kota Batu merupakan salah satu contoh daerah yang mengalami bencana hidrometeorologi. Dengan kondisi geografis perbukitan, alih fungsi lahan, serta peningkatan curah hujan, Kota Batu perlu memperkuat mitigasi bencana, terutama di sektor drainase, dan penguatan tebing.

Pemkot Batu sendiri sudah merespons alarm bahaya bencana hidrometeorologi ini. Salah satunya, mereka membenahi saluran air di sepanjang jalan Ir. Soekarno Kota Batu, yang sempat amblas beberapa waktu lalu. (*)

 

 

Tombol Google News

Tags:

Gerebek Batu GerebekBatu Perubahan iklim Bencana Batu Banjir Batu LONGSOR BATU