KETIK, BATU – Kepala Dinas Pertanian Kota Batu, Heru Yulianto, membeber penyebab menyusutnya luas lahan pertanian di Kota Batu. Ia menyebut, perubahan iklim global merupakan salah satu tersangka utamanya.
Menurut Heru, krisis iklim berpengaruh terhadap kemampuan apel untuk tumbuh. Dengan kondisi saat ini, ia menyebut, apel memerlukan tempat yang lebih tinggi untuk bisa hidup.
"Dulu, apel bisa hidup di ketinggian 800 meter di atas permukaan laut (mdpl). Karenanya, dulu apel bisa tumbuh subur di wilayah Junrejo dan sekitarnya," kata Heru, Senin, 8 Desember 2025.
"Saat ini, apel perlu ketinggian lebih untuk bisa tumbuh subur. Karenanya, saat ini apel banyak ditemui di Bulukerto, Tulungrejo, Sumbergondo, dan Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji. Ini penyebab luasannya berkurang," sambungnya.
Data Dinas Pertanian Kota Batu menunjukkan bahwa luas lahan kebun apel di Kota Batu menyusut drastis dalam beberapa tahun belakangan.
Pada 2019, lahan perkebunan apel masih seluas 1.765,97 hektare. Setahun berselang, luas lahan ini tinggal nyaris separuhnya, yakni 932,27 hektare.
Saat ini, luas lahan perkebunan apel tinggal 740,07 hektare.
Selain itu, Heru juga menyinggung banyaknya lahan pertanian dan perkebunan yang berubah fungsi, termasuk menjadi permukiman dan sarana rekreasi. Ia menilai perubahan fungsi lahan pertanian dan perkebunan ini sangat menyedihkan.
"Kenapa menyedihkan? Karena kalau angka 3.000 hektare, jumlah lahan pertanian dan perkebunan saat ini, dibagi untuk semua komoditas, itu tidak banyak," tandasnya.
