KETIK, PEKALONGAN – Di tengah kemajuan teknologi industri tekstil, keaslian batik sebagai warisan budaya Indonesia menghadapi tantangan baru. Munculnya produk kain bermotif batik hasil printing sering kali membuat masyarakat kesulitan membedakan antara batik asli dan hasil cetak modern.
Hal tersebut disampaikan oleh Fauzi Hidayat, pemilik Oszha Batik, saat ditemui pada kunjungan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Pekalongan belum lama ini. Ia mengungkapkan bahwa pentingnya edukasi publik terkait perbedaan batik tulis, batik cap, dan kain printing.
“Kalau dilihat secara detail, sebenarnya masih ada perbedaan antara batik tulis, cap, dan printing. Salah satu yang bisa dilihat adalah dari sisi belakang kain,” ujarnya.
Ia mengatakan bahwa pada kain printing, bagian belakang biasanya tidak terlihat motifnya. Namun, sekarang perbedaan itu mulai samar karena teknologi printing semakin canggih.
Menurutnya, perbedaan paling mencolok terlihat pada ketidakteraturan motif dalam batik tulis dan cap yang justru menjadi nilai keindahan tersendiri.
“Dalam satu kain batik tulis dan batik cap, bisa jadi sisi kanan dan kiri berbeda sedikit karena prosesnya dilakukan manual. Kalau printing, semua sisi akan seragam karena hasil mesin. Kalau ada geser warna, maka semua bagian ikut bergeser,” jelasnya.
Lebih lanjut, Fauzi menambahkan bahwa fenomena ini bukan semata masalah industri, melainkan juga tantangan edukasi bagi masyarakat.
“Kita perlu memberikan pemahaman yang benar agar masyarakat tahu dan bisa membedakan mana batik asli hasil karya tangan, dan mana yang merupakan kain printing,” tambahnya.
Menurut Fauzi, printing dan batik tradisional seharusnya bisa berjalan berdampingan selama masyarakat memiliki pemahaman yang jelas tentang perbedaannya, sebab printing juga harus punya ruang tersendiri.
"Printing tetap harus punya tempat, tetapi tempatnya terpisah. Hal itu penting untuk menjaga keaslian dan nilai batik tradisional, sekaligus memberi ruang bagi printing untuk berkembang di jalurnya sendiri,” katanya.
Sebagai pelaku usaha batik, pihaknya berkomitmen untuk terus mendukung pelestarian batik dengan mengedepankan aspek edukasi dan budaya.
“Batik bukan hanya kain bermotif indah, tetapi juga warisan budaya yang sarat makna dan filosofi. Kalau masyarakat memahami nilai dan prosesnya, maka penghargaan terhadap batik asli akan tumbuh dengan sendirinya,” tutupnya. (*)
