KETIK, SURABAYA – Pertunjukan Reog Ponorogo memukau ratusan tamu undangan pada puncak perayaan Hari Jadi ke-80 Provinsi Jawa Timur di Lapangan Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Minggu siang 12 Oktober 2025.
Tarian tradisional khas Ponorogo itu menjadi penampilan utama yang menggambarkan ketangguhan dan semangat masyarakat Jawa Timur.
Dalam sambutan pembuka, pembawa acara menyampaikan bahwa pertunjukan Reog Ponorogo bukan sekadar hiburan, melainkan simbol meleburkan angkaramurka dalam diri untuk mencapai keselamatan semesta.
“Pertunjukan ini menaburkan estetika seni yang berpadu untuk melambangkan kesejahteraan, kebijaksanaan, dan ketangguhan masyarakat Jawa Timur,” ucap MC dalam pengantarnya sebelum penampilan dimulai.
Pertunjukan tersebut dikemas dengan apik oleh Art Director Abing Santoso, S.Sn., M.Pd., dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur. Ia menjelaskan bahwa konsep yang diusung bertema Sastro Jendro Hayuningrat Pangruwating Diyu, yang bermakna melebur keangkaramurkaan untuk melangkah ke arah yang lebih baik.
“Tema ini menggambarkan semangat Jawa Timur yang tangguh dan terus bertumbuh. Kita ingin menunjukkan bahwa seni tidak hanya tentang keindahan, tapi juga pesan moral dan filosofi hidup,” kata Abing saat ditemui seusai pertunjukan.
Abing menuturkan, penampilan Reog Ponorogo pada hari ini merupakan hasil kolaborasi antara Reog Brawijaya dari Universitas Brawijaya Malang dan Reog Brang Wetan Community dari Surabaya. Keduanya berada di bawah binaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur.
“Latihannya hanya dilakukan selama lima hari di beberapa kota seperti Malang, Ponorogo, Surabaya, dan Solo. Semua penari baru berkumpul penuh satu hari sebelum tampil untuk gladi bersih,” ungkapnya.
Menurut Abing, pemilihan Reog Ponorogo sebagai penampilan utama bukan tanpa alasan. Selain merupakan kesenian asli Jawa Timur, Reog juga telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya tak benda dunia.
“Kita patut tunjukkan bahwa Reog Ponorogo Jawa Timur ini tidak hanya sekedar di Jawa Timur tapi sudah dikenal dunia,” ujarnya.
Abing berharap, melalui penampilan tersebut, masyarakat Jawa Timur semakin mencintai dan menjaga warisan budaya daerah. “Semoga pemerintah dan masyarakat terus melestarikan seni-seni tradisional seperti Reog agar tetap hidup dan dikenal lintas generasi,” tambahnya.
Pertunjukan Reog Ponorogo menutup rangkaian acara peringatan Hari Jadi ke-80 Jawa Timur. Lenggang tarian melebur dengan irama gamelan yang menggema di Grahadi, menjadi cerminan semangat “Jatim Tangguh, Jatim Terus Bertumbuh,” yang terasa hidup. (*)