KETIK, SURABAYA – Upacara Peringatan Hari Pahlawan 2025 digelar khidmat di Taman Surya Balai Kota Surabaya, Senin, 10 November 2025. Mengusung tema “Pahlawan Teladanku, Terus Bergerak Melanjutkan Perjuangan,” upacara ini menjadi momentum untuk mengenang jasa para pejuang sekaligus menanamkan semangat kepahlawanan bagi generasi muda.
Ratusan peserta dari berbagai kalangan hadir, mulai dari jajaran pemerintah kota, pelajar, hingga para veteran yang menjadi saksi hidup perjuangan bangsa. Dalam suasana penuh haru dan kebanggaan, dua veteran memberikan makna mendalam tentang arti kepahlawanan di masa kini.
Reman Budianto, salah satu veteran yang dulunya bertugas di Kamla (Keamanan Laut), menegaskan bahwa Hari Pahlawan adalah pengingat agar generasi penerus tidak melupakan perjuangan.
“Hari pahlawan itu seperti alarm pengingat akan masa perjuangan yang tentunya harus dikenang sampai kapanpun oleh generasi penerus bangsa, jadi intinya jangan pernah lupakan jasa para pahlawan di masa lalu” ujarnya.
Reman, yang berasal dari Kebumen dan bertugas di Surabaya, melihat perbedaan semangat antara pejuang dulu dan generasi sekarang.
“Kalau dulu itu berjuang dengan sukarela tanpa ada pamrih. Sekarang mungkin para pejabat ada pamrih. Tapi kalau zaman dulu murni sukarela, sampai titik darah penghabisan tanpa ada pamrih untuk pemerintah,” tuturnya.
Ia juga berpesan agar generasi muda menjunjung tinggi kejujuran dan keadilan sebagai bentuk perjuangan masa kini.
“Hukum harus ditegakkan dengan jujur dan benar. Untuk pemerintahan itu harus bersikap dengan adil-adilnya biar mencapai keselamatan masyarakat adil dan makmur,” pesannya.
Bagi Reman, kenangan paling berkesan dalam masa perjuangan adalah saat bertugas di Timor Timur.
“Itu namanya perang ya, jadi ada nyawa yang harus dijaga. Tapi alhamdulillah sampai sekarang tidak ada masalah. Berkat Allah yang berkuasa kami masih dilindungi sampai sekarang,” kenangnya.
Sementara itu, Syamsyi, veteran Angkatan Laut yang pernah bertugas di Kamboja pada 1993 dan Timor Timur pada 1976, menilai Hari Pahlawan sebagai wujud cita-cita para pendahulu untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
“Hari Pahlawan adalah cita-cita pendahulu kita demi terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur. Kita semua pastinya ingin mewujudkan hal tersebut. Tapi sayangnya sampai sekarang rasanya itu belum terwujud,” ungkapnya.
Menurutnya, makna kepahlawanan kini bisa diwujudkan melalui perjuangan menuntut ilmu dan menjaga moralitas.
“Kalau zaman dahulu kan rela berkorban jiwa dan raga. Kalau sekarang, para generasi muda Indonesia dapat berjuang melalui menggapai ilmu setinggi langit, dan memegang prinsip kejujuran” katanya.
Syamsyi juga berpesan agar generasi muda tidak ikut-ikutan dalam hal yang buruk, tetapi berani bersikap benar dan mendukung pemimpin yang bekerja dengan tulus.
“Jangan ikut-ikutan seperti zaman sekarang. Contohnya, profesor atau dokter tapi hatinya busuk. Memang hal tersebut bukan membahayakan negara tapi merusak negara. Jadi generasi muda itu ngekor. Kalau yang salah, ya salah. Kalau perlu, dukung Menteri Keuangan kita itu sekarang,” ujarnya tegas.
Bagi Syamsyi, perjalanan hidupnya dari rakyat biasa hingga menjadi prajurit Marinir adalah bentuk pengabdian yang tidak ternilai.
“Saya dulu dari desa ingin jadi tentara untuk mengabdi kepada negara dan bangsa. Jadi, rasanya memang susah pasti tapi mesti memiliki kenikmatan tersendiri. Sampai sekarang ya Alhamdulillah,” katanya.
Upacara Hari Pahlawan di Taman Surya Balai Kota Surabaya tahun ini tidak hanya menjadi ajang mengenang jasa para pejuang, tetapi juga momentum refleksi untuk menumbuhkan kembali semangat kejujuran, pengabdian, dan semangat belajar di kalangan generasi muda.
Nilai-nilai kepahlawanan yang diwariskan para veteran diharapkan terus hidup dan menjadi teladan dalam membangun Indonesia yang lebih adil dan makmur.(*)
