Wayang Orang “Duta Pancawati” Hadir di Surabaya, Kolaborasi Klasik-Modern untuk Generasi Muda

23 November 2025 10:21 23 Nov 2025 10:21

Thumbnail Wayang Orang “Duta Pancawati” Hadir di Surabaya, Kolaborasi Klasik-Modern untuk Generasi Muda
Potret Pementasan Wayang Orang "Duta Pancawati". (Foto: Adinda Trisaeni Nur Sabrina/Ketik.com)

KETIK, SURABAYA – Pagelaran Wayang Orang “Duta Pancawati” digelar di Taman Budaya Cak Durasim Surabaya, Sabtu, 22 November 2025. Mengusung tema patriotisme dan pengabdian, pertunjukan ini menggabungkan unsur klasik dan modern untuk menarik penonton dari berbagai generasi.

Sutradara pementasan, Rono Puspito Yudo S.H., menjelaskan bahwa konsep utama pagelaran ini menekankan semangat pengabdian dan cinta tanah air.

“Konsep utamanya itu, istilahnya kita menjadi buta untuk sebuah negara itu sangat sulit. Kita mau membantu negara itu sulit, tapi dengan rasa patriotisme, rasa cinta tanah air, kita bisa melakukannya dengan baik,” ujarnya.

Tahun ini, karakter Anoman menjadi fokus utama. Menurut Rono, pemilihan tokoh tersebut bukan tanpa alasan.

“Karena Anoman ini salah satu dari anak dari seorang dewa dan dia yang paling sakti. Jadi, dia ditugaskan untuk mengemban tugas dalam misi ini,” tuturnya.

Meski berpijak pada konsep tradisional, pertunjukan ini juga menampilkan sentuhan modern. Rono mengungkap bahwa komposisi tersebut dipilih untuk membuat wayang orang lebih mudah diterima generasi muda.

“Kalau kita magenya tetap klasik sekitar 75% itu kita klasik. Jadi, mungkin 25% atau 30% kita bisa manggung ke zaman kekinian,” katanya.

Ia menambahkan bahwa unsur modern dimasukkan tanpa mengubah alur cerita. “Pokoknya asal nggak merusak cerita, dan ada garis benang merahnya yang ditambah bumbu-bumbu zaman kekinian,” ucapnya.

Dari sisi musik, Joko Winarko atau akrab disapa Joko Porong, selaku komposer, menerapkan penggabungan dua dunia, gamelan tradisional dan instrumen musik Barat.

“Konsepnya adalah kolaboratif dengan memadukan antara gamelan tradisi kita dan alat-alat musik barat. Tapi tidak saling mengalahkan, tapi sama-sama menguatkan,” jelasnya.

Joko menegaskan bahwa seluruh instrumen diperlakukan setara demi kebutuhan dramatik panggung. “Memandang alat-alat musik ini semua sama. Jadi, ini hanya sebagai alat musik, alat untuk memenuhi theatrical,” katanya.

Ia menambahkan bahwa proses kerja dengan sutradara dilakukan melalui tiga tahap: mencari titik temu garapan, kesepakatan panggung, dan teatrikal.

“Kalau wayangnya sudah kuat, gamelannya mengalah. Kalau wayangnya perlu dibuatkan suasana, musiknya yang bikin suasana itu. Jadi, saling melengkapi,” tuturnya.

Upaya menghadirkan kolaborasi klasik–modern ini dilakukan untuk menjangkau penonton muda. “Kita akan mengkomunikasikan wayang ke generasi muda, nah maka dari itu kita harus nyari bagaimana dia bisa komunikatif dengan suara itu, dengan suasana itu. Itu peluang kita ada di situ,” tambah Joko Porong.

Pagelaran Wayang Orang “Duta Pancawati” disaksikan gratis tanpa registrasi. Pintu masuk dibuka mulai pukul 18.00 WIB di Gedung Cak Durasim, Surabaya.

Pertunjukan ini diharapkan tidak hanya menghibur, tetapi juga menjadi jembatan bagi generasi muda untuk lebih mengenal dan mencintai seni tradisi.

Tombol Google News

Tags:

#WayangOrang #WayangOrangDutaPancawati Surabaya #PentasSeni #CakDurasim