KETIK, SURABAYA – Sengkuni 7 International Art Exhibition resmi dibuka pada Kamis, 13 November 2025, di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) UNESA, Kampus 2 Lidah Wetan. Acara pembukaan dimulai pukul 15.00 WIB dan dihadiri civitas akademika, seniman umum, serta peserta Seniman anak-anak.
Pembukaan diawali sambutan dari Ketua Pelaksana, Ketua Himpunan Mahasiswa Seni Rupa Murni, Koordinator Prodi Pendidikan Seni Rupa Fera Ratyaningrum S.Pd., M.Pd., Kurator Dimas Tri Pamungkas, dan Wakil Dekan I FBS UNESA Didik Nurhadi, M.Pd., MA., Ph.D., dan penyerahan vandel sponsorship.
Rangkaian pembukaan dilanjutkan dengan pemukulan gong oleh Wakil Dekan I sebagai tanda dimulainya pameran, penampilan tari Kabektyan yang dilanjut iring-iringan tamu undangan menuju area pameran. Di depan gedung galeri, prosesi pecah kendi dan pemotongan pita merah oleh Wakil Dekan I menjadi penanda resmi dibukanya pameran Sengkuni 7.
Kurator Dimas Tri Pamungkas menjelaskan bahwa tema Harmony diletakkan sebagai ruang refleksi lintas waktu.
“Harmony itu sebenarnya kita dudukkan sebagai semacam keseimbangan. Jadi bagaimana cara kita melihat masa lalu, masa kini dan masa depan. Terutama dalam konteks Indonesia ini, kita tahu dinamika kehidupan politik, kehidupan sosial, kehidupan daerah semakin lama semakin problem dalam soal etik dan disinformasi,” ujarnya dalam wawancara.
Dimas juga menjelaskan bahwa proses kuratorial dilakukan tanpa pendekatan tematik yang kaku, tetapi mempertimbangkan karakter karya dan ukuran ruang. Ia menyebut proses seleksi dimulai dari open call dan undangan seniman.
“Kita sudah menerima hampir 300 karya. Kita juga ada seniman invitation dari luar, juga seniman established di Indonesia. Untuk anak-anak juga open call. Ada 38 karya anak-anak dari seluruh Indonesia,” ungkapnya.
Menurut Dimas, kategori umum dinilai dari cara seniman merespons tema, sementara kategori anak-anak lebih menekankan imajinasi dan eksplorasi media. Total karya yang dipamerkan mencapai lebih dari 170 karya.
Menanggapi perjalanan panjang Sengkuni, Ketua Prodi Seni Rupa Murni Dra. Indah Chrysanti Angge, M.Sn dalam jumpa pers menjelaskan bahwa gelaran ini berakar dari Bafulo Gathering pada 2017.
Sejak tahun 2018 nama Sengkuni digunakan secara konsisten dan kini dikenal luas sebagai pameran tahunan mahasiswa seni rupa UNESA. Ia menyampaikan bahwa perubahan UNESA menjadi PTNBH turut mendorong kegiatan ini berkembang ke level internasional.
“Akhirnya dosen dosen dan mahasiswa dihimbau untuk mengadakan kegiatan internasional. Sengkuni ini menjadi agenda tahunan fakultas berskala internasional,” ujarnya.
Chrysanti juga menekankan peran penting pameran ini sebagai ruang belajar mahasiswa.
“Saya salut pada adik-adik semuanya karena di tengah perkuliahan mereka menyempatkan menyiapkan acara ini. Ini latihan bagaimana memecahkan masalah hingga selesai. Jangan dilihat seperti pameran seni rupa yang sudah mapan, karena ini wahana bagi mahasiswa untuk belajar menyiapkan event,” katanya.
Ia menilai Sengkuni juga menjadi ajang pertemuan antar mahasiswa seni rupa dari berbagai kampus dan wadah saling mengenal pencapaian masing-masing.
Dalam jumpa pers, Dimas menegaskan bahwa kontribusi Sengkuni penting bagi ekosistem seni di Surabaya dan Jawa Timur. Minimnya ruang pameran berskala besar menjadikan Sengkuni sebagai parameter perkembangan seni di tingkat lokal hingga internasional.
“Kontribusi Sengkuni ini basenya adalah kampus, jadi ada keterikatan antara kaum intelektual dan ekosistem seni. Khususnya di Jawa Timur dan Surabaya, dan Sengkuni bisa menjadi parameter perkembangan seni, baik kajian maupun praktik,” tegasnya.
Sengkuni 7 akan berlangsung hingga 17 November 2025. Setelah seremoni pembukaan, rangkaian acara berikutnya meliputi diskusi seni pada 14 November, workshop art management pada 15 November, workshop craft pada 16 November, dan penutupan pada 17 November. Galeri dibuka setiap hari pukul 13.00–20.30 WIB dan terbuka untuk umum.(*)
