Pemkot Surabaya Berambisi Bebas Sampah Popok dan Pembalut

20 Agustus 2025 20:54 20 Agt 2025 20:54

Thumbnail Pemkot Surabaya Berambisi Bebas Sampah Popok dan Pembalut
Pemberian popok pakai ulang untuk masyarakat kawasan Pulo Tegalsari VI, Kelurahan Wonokromo oleh Pemkot Surabaya dan Bumbi. (Foto: Humas Pemkot Surabaya)

KETIK, SURABAYA – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya punya target besar menjadikan Kota Pahlawan bebas dari sampah popok dan pembalut sekali pakai.

Bukan tanpa alasan, dua jenis limbah rumah tangga ini termasuk yang paling berbahaya bagi lingkungan. Butuh ratusan tahun untuk terurai, mencemari sungai, hingga mengancam kesehatan warga.

Untuk mewujudkan ambisi itu, Pemkot melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) berkolaborasi dengan Bumbi meluncurkan program percontohan di kawasan Pulo Tegalsari VI, Kelurahan Wonokromo.

Kepala Bidang Kebersihan dan Pemberdayaan Masyarakat DLH Surabaya, M. Rokhim menjelaskan fokusnya adalah edukasi warga terutama ibu rumah tangga agar tidak lagi membuang popok ke sungai dan mulai beralih ke produk ramah lingkungan, seperti popok cuci ulang.

“Program ini implementasi dari Surabaya Bebas Sampah Popok dan Pembalut Sekali Pakai yang kami ajukan ke Bloomberg Philanthropies Mayors Challenge,” jelasnya pada Rabu 20 Agustus 2025.

Menurut Rokhim, Wonokromo dipilih sebagai pilot project karena di wilayah ini masih banyak warga membuang popok ke sungai.

Padahal, dampaknya serius. Selain mencemari air yang menjadi sumber baku PDAM, sampah popok juga rawan menyumbat saluran dan menyebabkan banjir.

“Kalau dibuang ke Kalimas, otomatis berdampak pada kualitas air yang kita gunakan sehari-hari,” tegasnya.

Dengan edukasi dan alternatif popok pakai ulang, Pemkot berharap volume sampah popok di sungai maupun di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) bisa ditekan.

Founder sekaligus CEO Bumbi, Celia Siura, menambahkan, dampak popok sekali pakai tak hanya soal lingkungan. Dari sisi ekonomi, keluarga justru lebih boros karena harus terus membeli.

“Kalau beralih ke popok ramah lingkungan, manfaatnya ganda hemat, mudah dicuci, dan aman buat kulit bayi karena berbahan katun, jadi bisa mengurangi ruam dan infeksi,” ujarnya.

Celia menegaskan, keberhasilan program di Wonokromo akan direplikasi ke seluruh kecamatan di Surabaya.

Ambisi besar ini sejalan dengan prestasi Surabaya yang terpilih sebagai salah satu dari 50 finalis Bloomberg Philanthropies Mayors Challenge 2025.

Dari Asia Tenggara, hanya ada empat kota yang masuk, yakni Pasig, Naga, dan Cauayan dari Filipina, serta Surabaya dari Indonesia.

Lewat kompetisi internasional ini, Surabaya berkesempatan mendapat dukungan pendanaan untuk memperkuat pengelolaan air bersih, limbah, sanitasi, hingga tenaga kerja.

Salah satu fokus utamanya mencari solusi berkelanjutan terhadap sampah plastik berbahaya, terutama popok sekali pakai.

“Yuk, sama-sama dukung Surabaya bebas sampah popok dan pembalut,” pungkasnya. (*)

Tombol Google News

Tags:

Pemkot Surabaya sampah popok sampah pembalut Pemkot Surabaya bebas sampah popok Sungai Kalimas sampah Popok popok pakai ulang