KETIK, BANGKALAN – Universitas Trunojoyo Madura (UTM), menerima kunjungan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Republik Indonesia, Hj. Arifatul Choiri Fauzi, bersama anggota Komisi VIII DPR RI, Ansari, Sabtu 25 Oktober 2025.
Kehadiran dua tokoh perempuan itu dalam rangka menghadiri Talk Show bertajuk Generasi Sadar, Saatnya Bergerak Saatnya Berbicara, sekaligus meresmikan Zona Sirkuler Ekonomi (ZSE) di lingkungan kampus UTM.
Rektor UTM, Prof. Safi’, mengatakan, dalam beberapa bulan terakhir, pihaknya memang sengaja mendatangkan sejumlah pejabat negara untuk datang ke kampus.
Langkah ini, merupakan bagian dari upaya mempercepat kemajuan UTM sekaligus memperkenalkan kampus negeri di Madura kepada para pengambil kebijakan nasional.
“Dengan hadirnya berbagai pejabat ke UTM, mereka bisa melihat langsung bahwa di Madura ada kampus negeri yang patut diperhatikan. Alhamdulillah, berkat kerja keras bersama, UTM kini menjadi kampus berakreditasi unggul ke-123 dari total 170 kampus unggul di antara 4.500 perguruan tinggi di Indonesia,” ucap Prof. Safi’.
Namun demikian prestasi kampus terkadang menurun akibat adanya kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh oknum mahasiswa. Karena itu, UTM terus menggencarkan sosialisasi pencegahan kekerasan seksual di lingkungan kampus.
“Semoga kehadiran Menteri PPPA ke UTM dapat memperkuat komitmen bersama dalam membangun relasi sosial yang sehat tanpa diskriminasi gender dan kekerasan,” harapnya.
Sementara itu, Menteri PPPA Hj. Arifatul Choiri Fauzi mengaku terkesan saat pertama kali tiba di kampus UTM. Ia mengaku bangga melihat perkembangan kampus negeri di tanah kelahirannya yang terus berinovasi dan berprestasi.
“Saya tadi juga meresmikan Zona Sirkuler Ekonomi, hasil inovasi luar biasa dari UTM yang mampu mengolah sampah plastik menjadi genteng, biogas, dan pupuk,” ujarnya.
Menurut Arifatul, capaian UTM sebagai kampus berakreditasi unggul perlu didukung bersama oleh seluruh civitas akademika dan alumni.
Ia juga menyqmpaikan pentingnya peran Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) dalam menciptakan kampus yang aman dan inklusif.
“Satgas PPKS ini masih perlu banyak sosialisasi dan kampanye agar siapa pun yang mengalami atau menyaksikan kekerasan seksual berani berbicara. Dengan begitu, kita bisa menyelamatkan yang lain dari potensi kekerasan,” tegasnya.(*)
