Masyarakat Anggap Event Semipro Membosankan, Ini Tanggapan Panitia

29 Juni 2025 10:00 29 Jun 2025 10:00

Thumbnail Masyarakat Anggap Event Semipro Membosankan, Ini Tanggapan Panitia
Pembukaan acara Semipro 2025 di Alun-alun Kota Probolinggo.(Foto: Eko/Ketik)

KETIK, PROBOLINGGO – Setiap tahun, Kota Probolinggo menggelar agenda rutin bertajuk Seminggu di Kota Probolinggo atau lebih dikenal dengan singkatan Semipro. Sejak pertama digelar belasan tahun silam, acara ini digadang-gadang sebagai ikon kebudayaan, pameran potensi lokal, dan hiburan masyarakat. Namun kini, alih-alih menimbulkan antusiasme, Semipro justru kian dianggap usang, monoton, dan menjemukan.

Masalah utama dari Semipro adalah minimnya inovasi. Hampir setiap tahun, susunan acaranya tidak jauh berbeda, pertunjukan musik, dan bazar UMKM.

“Bahkan pelibatan komunitas atau seniman lokal terkesan asal-asalan. Yah seperti hanya demi menggugurkan kewajiban aja,” ujar pengunjung Semipro, Novi Ariani, warga Kebonsari Kulon, Sabtu Malam 28 Juni 2025. “Wajah-wajah yang tampil pun sering kali itu-itu saja,” lanjutnya.

Sementara kota-kota lain berlomba-lomba menghadirkan festival tematik yang kreatif, interaktif, dan menggandeng generasi muda, Semipro masih berkutat dengan format jadul yang tidak berubah sejak era 2000an. Tak heran bila warga mulai bosan. “Banyak yang datang hanya karena tidak ada pilihan hiburan lain, bukan karena kualitas acaranya,” ujar Wahyudi, pengunjung lainnya.

Semipro, lanjut Wahyudi, lebih terasa sebagai ajang seremonial pemerintah daripada festival rakyat. Padahal, kota dengan sejarah dan budaya seperti Probolinggo, punya banyak potensi untuk dikemas secara lebih modern dan menyenangkan. Selain itu, Semipro gagal mengangkat cerita lokal secara mendalam. 

“Tak ada narasi kuat yang mengikat rangkaian acara. Semua terlihat acak dan terkesan asal jadi,” kata Wahyudi. “Semipro bukan tidak penting. Ini adalah ruang yang dulunya membanggakan. Tapi membiarkan event ini berjalan seadanya tanpa ruh dan arah, hanya akan menambah daftar panjang festival lokal yang kehilangan identitas,” tutup mahasiswa Institut Kesenian, sebuah perguruan tinggi negeri itu. 

Senada dikatakan Halim, warga Jatiroto, Jember. Ia dan keluarganya sengaja datang ke Semipro, untuk melepas malam minggu. Menurutnya pengunjung tidak dibawa pada satu alur cerita yang menjelaskan siapa warga Probolinggo.

Nilai apa yang hendak dirayakan, dan harapan apa yang sedang diperjuangkan. “Padahal, storytelling adalah elemen penting dalam kesuksesan festival modern,” katanya. 

Halim, memberi masukan, agar Pemerintah Kota Probolinggo, bersama stakeholder budaya melakukan evaluasi menyeluruh terhadap konsep Semipro. Harus ada peremajaan. Mulai dari branding, konten, sampai pengelolaan. “Supaya relevan menggunakan nama "Seminggu di Kota Probolinggo" sayang kan, bila isinya tak mencerminkan dinamika kekinian,” lanjut pengusaha sembako itu.

Masih menurut Halim, kemitraan dengan komunitas kreatif, pelibatan seniman lintas daerah dan disiplin, penggunaan platform digital, dan kurasi acara yang lebih selektif bisa menjadi jalan keluar. Tidak semua harus digelar secara besar-besaran, tapi harus memiliki kualitas, makna, dan daya pikat.

“Itu jika ingin tetap relevan di tengah cepatnya perubahan selera publik. Semipro, harus berani berubah atau siap-siap ditinggalkan,” tutup Halim. 

Dihubungi terpisah, panitia acara penepis anggapan tersebut. Elok Hanifah, event organizer (EO) penyelenggara Semipro, mengatakan, tema kali ini “Mendorong kreativitas kearifan lokal dan daya saing ekonomi berkelanjutan. Berkarya untuk kota Probolinggo, naik level”.

Event ini resmi dibuka Kamis malam, 26 Juni 2025 di Alun-alun Kota Probolinggo. Dan rencananya akan berlangsung hingga 5 Juli mendatang.

Tahun ini, Semipro hadir dengan tema besar kolaborasi budaya, kreativitas, dan hiburan rakyat. Acara diawali parade tarian nusantara dan penampilan lintas bakat dari berbagai komunitas muda. Di malam pembukaan, band lokal hingga bintang tamu “Doyan Wadon” turut menghibur ribuan warga yang memadati alun-alun.

“Semipro bukan sekadar tontonan, tapi ruang untuk semua warga berkarya. Kita ingin acara ini milik bersama,” beber Elok Hanifah, Minggu 29 Juni 2025.

Rundown Semipro 2025 dikemas padat dan meriah. Mulai dari lomba breakdance, fashion show batik, festival budaya, hingga dangdut vaganza bersama Dinda Asmi, dari Dangdut Academy. Tak ketinggalan, deretan pertunjukan pelajar dan kampung kreasi dari tiap kelurahan juga tampil memukau.

Puncak acara akan digelar Jumat, 4 Juli, dengan menghadirkan Cak Sodiq, dari New Monata. Sementara Sabtu, 5 Juli, menjadi penutup dengan pameran UMKM dan wahana permainan keluarga.

“Dengan dukungan Pemkot Probolinggo dan masyarakat, Semipro 2025 diharapkan tak hanya jadi ajang hiburan, tapi juga pemantik ekonomi kreatif dan pelestarian budaya lokal,” tutup Elok. (*)

Tombol Google News

Tags:

Semipro probolinggo event semipro seminggu di probolinggo