KETIK, PROBOLINGGO – Desakan perubahan dari kalangan warga NU Kultural terhadap struktur PCNU Kota Kraksaan terus menguat. Ini bergulir jelang Konfercab yang akan digelar di Ponpes Miftahul Ulum, Desa Jatiurip, Kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo, 14 September 2025
Bahkan, nama kandidat yang dimunculkan bukan figur kaleng kaleng. Muncul nama besar Pimpinan Majelis Sholawat Syubbanul Muslimin Gus H. Hafidz Hakim Nur sebagai bakal calon Ketua Tanfidiyah. Terbaru, muncul sosok kiai akademisi bergelar doktor, yakni Pengasuh Ponpes Ulil Albab Dr KH, M. Romli Syahir Lc Msi, yang dianggap layak menjadi nominasi Rais Syuriah PCNU Kraksaan.
Menurut Pengasuh Ponpes Sirojul Ummah Desa Kertosono, Kecamatan Gading, KH Jamaluddin Husein, sosok KH Romli Syahir juga merupakan tokoh kiai senior dan bisa membawa pemikiran baru untuk perkembangan PCNU ke depan dalam menghadapi tantangan era digital.
"Kiai Romli ini, cara pandangnya terbuka, berwawasan luas dan rekam jejak reputasinya baik. Setahu kami, keilmuannya bagus dan beliau tidak pernah tersangkut persoalan moral maupun persoalan hukum. InsyaAllah, bisa membawa kemashalatan dan bisa diteladani warga NU," ungkapnya kepada ketik, Rabu, 3 September 2025.
Ditambahkan, selama pelaksanaan konfercab semua berharap bisa berlangsung secara jujur, adil dan tanpa drama atau manipulasi proses apapun.
"Kami kira semua harus ikhlas pada datangnya perubahan. Ini demi kemashalatan seluruh Warga NU. Kami harap seluruh MWC kukuh dan bulat tekadnya, menyuarakan perubahan yang lebih baik agar PCNU bisa menjadi rumah besar dari seluruh warga NU," tandas KH Jamaluddin Husen.
Sementara itu, Pengasuh Ponpes Ulil Albab Brumbungan Gending, KH M Ramli Syahir saat dikonfirmasi ketik seusai memimpin istighosah Rutinan Bani Qomarizzaman di Sumber Lele Park Kraksaan, mengaku terkejut dengan dukungan warga NU kultural.
"Selain itu (warga NU kultural), sebenarnya ada teman teman MWC yang sempat menyuarakan itu. Tapi, saya tidak pernah berambisi menduduki posisi tersebut. Prinsipnya, amanah itu tidak bisa diminta dan tidak bisa ditolak jika diberikan," ujarnya.
Kiai yang juga aktif mengajar di Universitas Zainul Hasan Kraksaan ini mengaku tunduk dan patuh pada kiai kiai sepuh dari Nurul Jadid, Nurul Qodim, Badriduja dan Genggong dan tetap mengedepankan nilai filosofi salafiyah, konsep samikna wa taatan pada guru dari seluruh warga NU.
Saat ditanya soal peluang pengembangan NU ke depan, tokoh yang akrab disapa Kiai Ramli ini menjelaskan, NU ke depan harus mampu berkembang menjadi organisasi mandiri, namun tetap berpijak teguh dalam prinsip akidah ahlussunnah wal jamaah, sebagai organisasi keagamaan.
"NU harus memiliki added value atau nilai tambah dalam hal kemandirian. Ke depan harus ada literasi baru, agar NU berdaya dan tidak diperdaya, seperti selama ini," ujarnya. (*)