KETIK, PROBOLINGGO – Ulama Probolinggo tetap berharap para santri terus menjaga persatuan nasional. Pernyataan ini menyikapi polemik tayangan Xposed Trans 7, yang menyudutkan pesantren.
Pengasuh Ponpes Zainul Hasan Genggong, sekaligus Ketua MUI Jatim, KH. M. Hasan Mutawakkil Alallah usai perayaan hari santri kepada wartawan mengatakan, santri harus tetap memperkokoh persatuan nasional, kendati menghadapi sisi pahit dari tayangan acara Xposed trans 7.
"Di sisi lain, ada hikmah kepentingan (yaitu), pentingnya melakukan konsolidasi bagi masyarakat pesantren, untuk terus memperkokoh persatuan nasional, dalam menghadapi segala persoalan yang dihadapi," ujarnya.
Kiai Mutawakkil juga memberi nasihat, agar para santri terus melestarikan ajaran para pendahulu dengan mengedepankan ilmu, iman dan akhlak.
"Para santri harus saling mengikatkan energi, bukan dengan kemarahan, kebencian dan perpecahan. Tapi terus mengokohkan persatuan dengan ilmu, iman dan akhlak mulia demi negara tercinta," tandasnya.
Secara terpisah, Ketua Tanfidiyah PCNU Kota Kraksaan, KH. Hafidzul Hakim Noer, sekaligus pimpinan Majelis Syubbanul Muslimin, kepada Ketik.com, mengatakan pentingnya merefleksikan hari santri, sebagai akar dari perjalanan panjang sejarah kemerdekaan Indonesia.
"Pesantren ada sebelum republik ini merdeka. Yang membunuh Mallaby adalah santri. Jangan lihat pesantren, dari sudut pandang berbeda, tapi kenali esensi pesantren dari sudut pandang yang sebenarnya," ujar pengasuh Ponpes Saka 9 dan salah satu pengasuh Ponpes Nurul Qodim Desa Kalikajar Kulon, Paiton ini.
Dikatakan, melalui momentum perayaan Hari Santri, KH Hafidzul Hakim Noer ingin mengajak seluruh elemen bangsa, berhidmat memperkokoh negeri ini, dari aspek membangun moralitas bangsa.(*)