KETIK, PROBOLINGGO – Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid KH M Zuhri Zaini menceritakan Kehidupan Nabi Muhammad saw sebagai sosok ideal yang menjadi teladan hidup zuhud, yaitu menjauhi kesenangan dunia dan memilih kesederhanaan meskipun Rasulullah adalah pemimpin umat, negara, dan pemerintahan.
Hal ini tercermin dari gaya hidup sehari-hari Nabi Muhammad saw, termasuk cara beristirahat yang sangat sederhana.
Diceritakan bahwa tempat tidur Nabi Muhammad hanya berupa lemek tikar yang dibuat dari anyaman daun kurma. Pada suatu ketika, Sayyidina Umar bin Khattab berkunjung ke kediaman Nabi dan melihatnya tidur di atas lemek tersebut. Setelah bangun, terlihat bekas lemek itu di punggung Nabi.
Sayyidina Umar merasa iba dan tidak tega melihat kondisi tersebut. Ia pun menawarkan untuk membuatkan tempat tidur yang lebih nyaman dan empuk bagi Nabi. Namun, Nabi menolak dengan tegas.
“Ya Rasul, bagaimana kalau saya buatkan lemek yang lebih baik? Apakah Panjenengan senang dibuatkan itu?” tanya Sayyidina Umar. Nabi menjawab, “Apa keperluan saya pada kesenangan kehidupan di dunia? Sesungguhnya saya di dunia ini seperti seorang musafir yang istirahat di bawah pohon dan sebentar lagi akan pergi.”
Kiai Zuhri kemudian menjelaskan makna dari hidup zuhud ini, yakni kehidupan dunia harus ditinggalkan dan tidak boleh membuat seseorang terperangkap atau diperbudak oleh dunia.
“Kita hidup di dunia memang membutuhkan uang, harta, dan kebutuhan lainnya, tapi jangan sampai mencintainya. Kalau butuh, itu sekadar kebutuhan. Kalau cinta, meskipun tidak butuh, akan tetap dicari,” ujarnya.
Menurut Kiai Zuhri, Nabi Muhammad menjalani hidup zuhud dengan tidak menyenangi dunia dan justru berpaling dari kesenangan duniawi. Sikap ini menjadi contoh agar manusia tidak terjebak dalam cinta dunia yang berlebihan dan lebih mengutamakan nilai-nilai spiritual dan akhirat.(*)