Jejak Empu yang Terlupakan, Menyelami Situs Keris Kerajaan Arosbaya Bangkalan

7 Desember 2025 21:39 7 Des 2025 21:39

Thumbnail Jejak Empu yang Terlupakan, Menyelami Situs Keris Kerajaan Arosbaya Bangkalan
Salah satu tempat pembuatan keris di Desa Mangkon Arosbaya yang terlupakan (Foto: Ismail Hs/Ketik.com)

KETIK, BANGKALAN – Di sebuah sudut sunyi yang tersembunyi di perbatasan Desa Mangkong, Dlemir, dan Berbeluk, Arosbaya, tersimpan kisah besar yang nyaris tenggelam oleh waktu.

Sebuah lahan sederhana, ditumbuhi ilalang dan pepohonan tua, ternyata menyimpan sejarah panjang tentang kejayaan Kerajaan Madura Barat, tempat para empu menempa keris-keris pusaka untuk para raja.

Konon, dari tanah inilah lahir keris-keris sakral seperti Keris Mangkondelmir dan Keris Arosbaya, pusaka yang hingga kini dipercaya masih tersimpan di kalangan keturunan raja.

Tempat ini oleh warga setempat dikenal dengan sebutan Segitiga Emas, satu dari tiga titik penting jejak para empu kerajaan. Dua titik lainnya berada di perbatasan Makam Agung dan dekat Rumah Raja.

“Sejarah tidak boleh hilang, harus kita petahankan. Tempat ini sakral, sengit kata orang Madura. Bila digali, pasti banyak meninggalkan jejak para empu,” ujar H. Kholifi seorang cucu dari salah satu pejuang dan penjaga tradisi keluarga empu.

Di masa lampau, lokasi ini bukanlah sembarang tanah kosong. Di sinilah berdiri bengkel kerja para empu, tempat logam dibakar, besi ditempa, dan pusaka dirajut dengan doa-doa yang diyakini memiliki kekuatan magis.

“Dulu ada bangunan di sini. Ini tempatnya empu, pembuat keris raja. Dari satu keris berkembang menjadi tujuh, kemudian sebelas, hingga empat puluh keris. Keris-keris itu diwariskan kepada para raja dan keturunannya,” jelasnya, Minggu, 7 Desember 2025.

Perpindahan lokasi para empu dari daerah Mangkon ke Arosbaya diduga terkait perpindahan pusat kerajaan yang berda  dekat Masjid Jamik Arosbaya, sebuah masjid yang merupakan replika Masjid Agung Bangkalan.

Pada masa pemerintahan Raden Pratanu sekitar tahun 1400–1500-an, perubahan arah politik dan pusat pemerintahan membuat para empu bergeser mengikuti raja.

Yang berbicara sore itu bukan sejarawan atau pejabat pemerintah, melainkan seorang cucu empu, keturunan dari Mardijo Joyo Hadi Kusumo, sosok yang bukan hanya empu namun juga pejuang 10 November 1945 di Surabaya.

“Kami pernah diberi rumah oleh pemerintah di Gang 100, (Embong Satos) Surabaya. Tapi karena faktor ekonomi, kami pulang, bertani di tempat ini. Setiap malam Jumat, Mbah kami berkomunikasi dengan bangsa halus di sini,” ujarnya sambil menunjuk area yang dianggap sakral.

Sang kakek, Empu Joyo Hadi Kusumo, nama yang tak asing dalam silsilah pandai besi kerajaan, dimakamkan di kawasan Masjid Jamik, bagian dari kompleks pemakaman bangsawan yang disebut warga sebagai replika Makam Agung Bangkalan.

Situs ini bukan hanya penting secara budaya dan spiritual, tetapi juga memiliki nilai sejarah yang tinggi. Bagi warga, ini bukti bahwa Arosbaya bukan sekadar daerah pedesaan biasa. Di sinilah akar kejayaan Madura Barat disemai.

“Tempat ini harus dibangun monumen. Agar masyarakat tahu bahwa tempat ini menelurkan banyak pemimpin bangsa. Termasuk keturunan Empu Mpu kami yang punya peran sejarah besar,” katanya.

Rencana membangun monumen napak tilas bukan hanya untuk mengenang masa lalu, tetapi juga menjadi pintu bagi generasi muda untuk memahami warisan leluhur, bahwa kekuatan sebuah bangsa juga ditempa dari tangan-tangan terampil di desa kecil seperti ini.

Situs pembuat keris kerajaan di perbatasan Mangkon yang dulu menjadi pusat pertemuan para empu, raja, dan bangsawan, hari ini menanti tangan-tangan yang peduli. Jejak kejayaan itu belum hilang, ia hanya tertidur. (*)

Tombol Google News

Tags:

situs sejarah mangkon arosbaya empu keris para raja