KETIK, SURABAYA – Badan Eksekutif Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui Kementerian Sosial Masyarakat setempat menyelenggarakan program "ITS Mengajar" yang telah berlangsung pada akhir juli 2025 di Dusun Kepentingan, Desa Sawohan, Sidoarjo, Jawa Timur.
Staf Dirjen ITS Mengajar Azmiyah menyatakan bahwa program yang tahun ini bertema ITS Mengajar for Indonesia tersebut lahir atas keprihatinan atas kurangnya akses pendidikan di daerah terpencil.
Ia menjelaskan ITS Mengajar tahun ini dilaksanakan dengan fokus pada sekolah dasar yang minim fasilitas dan kualitas dalam kegiatan belajar mengajar.
"Perjalanan yang ditempuh untuk ke sekolah cukup terjal karena harus menaiki perahu saat melewati tambak," ujarnya.
Kegiatan belajar mengajar oleh mahasiswa dalam program ITS Mengajar di SD Sawohan 2 Sidoarjo. (Foto: BEM ITS)
Sementara itu, SD Sawohan 2 dipilih sebagai lokasi program ITS Mengajar karena kondisi sekolah ini cukup memprihatinkan. Bangunan tua yang dihiasi dengan tembok rapuh serta ruang kelas terbatas hanya cukup untuk 2 kelas, sekaligus menggunakan kayu sebagai sekat.
Selain itu, Azmiyah juga mengatakan kurangnya fasilitas yang mumpuni di sekolah. Bahkan, kepala sekolah mengaku tidak adanya komputer di sekolah.
“Maka dari itu, media sosial ITS Mengajar juga membantu memperkenalkan kondisi sekolah ini ke masyarakat luas,” tambahnya.
ITS Mengajar tahun ini selain berokus pada kegiatn belajar mengajar, juga merambah ke masyarakat. Dengan menggandeng Komunitas Beasiswa Surabaya (KOBUS), ia dan tim menambahkan kegiatan seperti menganyam rotan untuk lebih dekat dengan masyarakat.
Di sis ain, para guru, siswa, hingga masyarakat menyambut program ini secara positif. Antusiasme anak-anak membuat mereka enggan berpisah saat kegiatan selesai.
"Masyarakat merasa lebih dekat karena selain mengajar, kami juga memberi penyuluhan terkait kesehatan dan lingkungan,” tutur Azmiyah.
Harapannya, lanjut dia, ITS Mengajar dapat menjangkau lebih banyak daerah sampai ke luar Jawa Timur. Program ini sebagai bukti nyata pengabdian mahasiswa kepada masyarakat.
Tak itu saja, program ini juga diharapkan bisa bermanfaat lebih luas, tepat sasaran dan berkelanjutan. “Selama dua minggu pelaksanaan, kegiatan ini tidak hanya memberi manfaat, tetapi juga meninggalkan kenangan berharga,” kata dia. (*)