KETIK, JOMBANG – Anggota DPR RI/MPR RI Sadarestuwati dari Dapil VIII Jawa Timur, yang juga duduk di Komisi VI DPR RI, mengajak masyarakat untuk terus menjaga kelestarian hutan, bumi, dan mata air melalui gerakan menanam pohon sebagai bentuk nyata kecintaan terhadap tanah air.
Ajakan tersebut disampaikan Sadarestuwati saat menghadiri Gerakan Menanam Pohon dan Merawat Bumi serta Mata Air yang digelar oleh PDI Perjuangan bekerja sama dengan Kelompok Tani Hutan (KTH) Desa Wonosalam, Kabupaten Jombang, dengan mengusung tagline “Memayu Hayuning Bawono”.
Dalam sambutannya, Sadarestuwati menyampaikan apresiasi dan rasa bangganya kepada Kepoktan Wonosalam yang bersedia berkolaborasi dalam upaya menjaga hutan dan sumber mata air.
“Saya sangat bangga dan mencintai Kepoktan Desa Wonosalam yang telah berkenan bersama-sama berkolaborasi untuk nguri-nguri, memelihara hutan, mata air, serta pepohonan yang sudah ada, sekaligus melakukan penanaman pohon,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa kegiatan tersebut bukan sekadar seremoni, melainkan bentuk tanggung jawab bersama dalam menjaga keseimbangan alam. Sadarestuwati juga mengingatkan bahwa kerusakan lingkungan di berbagai daerah seperti Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh menjadi pelajaran penting akibat eksploitasi alam yang berlebihan.
Menurutnya, penggantian hutan dengan tanaman monokultur menjadi salah satu penyebab utama bencana ekologis seperti banjir dan longsor. Ia menjelaskan perbedaan mendasar antara pohon berkayu dengan tanaman monokultur yang tidak memiliki kambium dan sistem perakaran kuat.
“Tanaman seperti kelapa sawit atau palem tidak memiliki kambium dan hanya berakar serabut. Akar seperti ini tidak mampu menahan tanah saat hujan deras, sehingga rawan menyebabkan longsor. Berbeda dengan pohon-pohon hutan yang memiliki akar tunggang dan tunjang,” jelasnya.
Sadarestuwati menekankan bahwa kegiatan menanam pohon ini juga merupakan bagian dari implementasi Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, khususnya nilai Pancasila dalam mencintai tanah air dan semangat gotong royong.
“Apa yang kita lakukan hari ini adalah implementasi nyata dari Empat Pilar, terutama Pancasila. Kita bergotong royong menyelamatkan bumi dan mata air sebagai warisan untuk anak cucu kita,” tegasnya.
Ia berharap kegiatan sosialisasi empat pilar kepada KTH Wonosalam, Jombang yang dilaknakan pada 15 Desember 2025, tidak berhenti pada satu momentum, tetapi menjadi awal dari gerakan berkelanjutan dalam menjaga lingkungan hidup.
“Ini bukan akhir, tapi awal dari kebersamaan kita. Hanya lingkungan yang lestari inilah yang bisa kita wariskan untuk generasi mendatang,” pungkas Sadarestuwati. (*)
