KIP Menembus batas #7 (Kaleidoskop 2025)

Gebrakan Khofifah( Konektivitas Tanpa Batas Jadi Strategi Perkuat Jatim Sebagai Gerbang Baru Nusantara

18 Desember 2025 21:17 18 Des 2025 21:17

Thumbnail Gebrakan Khofifah( Konektivitas Tanpa Batas Jadi Strategi Perkuat  Jatim Sebagai Gerbang Baru Nusantara
Dua kru Trans Jatim menyapa dan memberi hormar kepada Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa (kiri) di sela peluncuran Trans Jatim Koridor 1 Malang Raya beberapa waktu lalu. (Foto: Biro Adpim Setdaprov Jatim)

KETIK, SURABAYA – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa komitmen memperkuat konektivitas perhubungan di Jatim, baik darat, laut maupun udara. Tentu ini sejalan dengan konsep besar Jatim sebagai Gerbang Baru Nusantara.

Salah satunya yaitu melalui pembangunan pelabuhan dan dermaga di Jawa Timur wilayah Darat dan Kepulauan.

Rinciannya yaitu Pelabuhan Probolinggo, Pelabuhan Paciran Lamongan, Pelabuhan Brondong Lamongan, Pelabuhan Jangkar Situbondo, Pelabuhan Boom Banyuwangi, Pelabuhan Masalembo Sumenep, Pelabuhan Kangean Sumenep, Pelabuhan Sapeken Sumenep, Pelabuhan Bawean Gresik, Pelabuhan Prigi Trenggalek.

Selain itu, Pelabuhan Gilimandangin Pulau di selatan Kabupaten Sampang, Pelabuhan Giliraja Pulau di selatan Kabupaten sumenep, Pelabuhan Dungkek Sumenep, Pelabuhan Giliiyang Sumenep.

Pembangunan pelabuhan ini diharapkan dapat memudahkan mobilitas dan transportasi bagi masyarakat serta distribusi logistik di wilayah kepulauan.

Tak itu saja, keberadaan pelabuhan dan dermaga mendukung perekonomian, sebab membuka aktivitas perdagangan yang lebih layak dan mendongkrak ekonomi lokal, selain juga menunjang pariwisata di Madura.

"Keberadaan pelabuhan ini tentu memudahkan akses wisatawan ke destinasi wisata, seperti Pulau Gili Iyang. Maupun membawa logistik ke daerah kepulauan," tutur Khofifah.

Terkait penguatan konektivitas perhubungan udara, Gubernur Khofifah menjelaskan, Wings Air bersama Lion Group menjadwalkan tiga rute penerbangan baru dari Bandara Internasional Juanda Surabaya sepanjang September 2025. penerbangan dari Bandara Internasional Juanda Surabaya menggunakan armada ATR 72.

Rute baru yang dimaksud adalah, Surabaya - Semarang - Surabaya, Surabaya - Yogyakarta - Surabaya, dan Surabaya - Banyuwangi - Surabaya.

Rute baru tersebut menambah opsi perjalanan bagi masyarakat karena perjalanan akan lebih mudah, cepat dan efisien. Apalagi Jatim memiliki posisi strategis sebagai hub logistik utama kawasan timur Indonesia.

Kemudian, pada pertengahan Desember 2025, Bandar Udara Abdulrachman Saleh Malang menjadi saksi mendaratnya pesawat Wings Air rute Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) ke Malang, Jawa Timur.

Ya, saat itu merupakan kali pertama pesawat jenis baling-baling (ATR 72) tersebut melakukan penerbangan.

Pembukaan rute ini dinilai sebagai langkah strategis dalam memperkuat konektivitas udara sekaligus membuka peluang kolaborasi ekonomi dan pariwisata antardaerah.

Inisiasi penerbangan Malang–Lombok dan Lombok–Malang oleh Wings Air merupakan jawaban atas harapan masyarakat untuk bisa semakin terkoneksi antarwilayah di Indonesia.

Diharapkan bersama, promosi penerbangan ini diintegrasikan dengan promosi pariwisata antardaerah. Semisal promosi destinasi Lombok dan NTB dapat berjalan seiring dengan pesona pariwisata Malang Raya, Kota Batu, hingga kawasan Bromo Tengger Semeru.

Di sela penerbangan perdana di Malang, Direktur Utama Wings Air Novianti Harahap menyampaikan pihaknya terus memperkuat komitmennya dalam mendukung konektivitas antarwilayah melalui pengembangan jaringan penerbangan domestik, termasuk di Jawa Timur yang dinilai memiliki potensi besar sebagai simpul pergerakan masyarakat dan ekonomi.

Secara keseluruhan, Wings Air saat ini memiliki 72 armada pesawat dengan total 194 slot penerbangan. Dari jumlah tersebut, sekitar 50 pesawat aktif digunakan dalam operasional harian untuk melayani berbagai rute di Indonesia.

“Sebenarnya masih ada slot untuk menambah rute yang bisa kita garap bersama-sama, khususnya di wilayah Jawa Timur,” ujar Novianti.

Menurutnya, ketersediaan armada dan slot tersebut membuka peluang kolaborasi dengan pemerintah daerah dan pemangku kepentingan terkait untuk menambah rute-rute baru.

Penambahan konektivitas ini diharapkan dapat mempercepat mobilitas masyarakat, mendukung sektor pariwisata, serta mendorong pertumbuhan ekonomi daerah secara berkelanjutan

Selain rute Lombok-Malang, tahun ini sejumlah rute penerbangan lainnya sudah terwujud. Ini semakin memperkuat konektivitas udara di Jatim dengan daerah lainnya.

Di Jember telah dilakukan penerbangan rute Jember–Bali, kemudian Kediri–Jakarta melalui Super Air Jet serta Surabaya–Banyuwangi. Dijadwalkan penerbangan perdana Banyuwangi-Lombok juga dimulai.

Pemerintah Provinsi Jawa Timur terus menamantapkan diri sebagai daerah hub, melebarkan konektivitas di dalam hingga ke Indonesia Timur melalui transportasi yang terus dibenahi.

 

Pandangan Pakar Transportasi

Langkah Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) ini mendapatkan apresiasi dari pengamat transportasi dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Dadang Supriyanto.

Hal pertama yang ia amati adalah langkah Pemprov Jatim untuk menghubungkan melalui Trans Jatim. Menurut Dosen Vokasi Program Studi D4 Transportasi ini, sudah bagus.

"Jadi memang Jawa Timur itu ingin menciptakan transportasi di area GKS (Gerbangkertasusila) ini terintegrasi dengan beberapa kota/kabupaten. Artinya juga pemicu untuk membangkitkan angkutan daerah," katanya saat dihubungi Ketik.com.

Menurut dia, di beberapa daerah, angkutan umum rata-rata belum terkelola dengan baik. Harapannya, dengan adanya Trans Jatim ini pemimpin daerah bisa membuat fasilitas angkutan publik semakin baik.

"Ini menjadi rencana program yang memang harus dilakukan untuk kawasan GKS. Untuk moda darat, moda rel nanti juga akan terhubung," lanjutnya.

Rasa optimisme Dadang ini sejalan dengan rencana adanya jalur Surabaya Regional Railway Lime (SRRL) yang akan dimulai pada tahun 2027.

"Jadi intinya BTS (Buy The Service) ini, masyarakat semakin dimudahkan dalam pergerakannya," bebernya.

Selain menyoroti transportasi darat, Dadang juga mengungkapkan pandangannya mengenai transportasi laut dan udara. 

Untuk transportasi laut, Dadang juga mengapresiasi langkah Pemprov Jatim dimana beberapa produk-produk dari Jatim sudah dikirim ke daerah di Indonesia Timur.

"Barang-barang logistik dari pelabuhan-pelabuhan yang ada di kawasan barat, seperti Lamongan, Gresik. Semua barang itu diangkut dari situ semua," jelasnya.

Konsep transportasi laut atau Tol Laut menurut Dadang bagus dan sudah berjalan. Namun, untuk infrastruktur tetap harus diperhatikan agar lebih maksimal.

"Maka dari itu infrastruktur yang belum optimal akan dioptimalkan, seperti di Banyuwangi kemudian JIIPE itu nanti bisa bersinergi dengan moda-moda transportasi angkutan kereta api," katanya.

Sedangkan, untuk transportasi udara, agar konektivitas lebih baik. Ia menyarankan untuk menghidupkan bandara-bandara di daerah, seperti Kediri, Jember, dan sebagainya.

"Walaupun memang demand-nya kecil. Nah ini menjadi tanggung jawab Pemprov juga untuk bisa memberikan (pilihan) kepada masyarakat. Bahwa ada pilihan-pilihan transportasi lewat udara," lanjutnya.

 

Hidupkan Feeder

Upaya Pemprov Jatim mengonektivitaskan daerah melalui transportasi umum diacungi jempol oleh Prof. Dadang, namun semua itu menurutnya tidak ada artinya tanpa dukungan daerah.

Hal pertama yang bisa dilakukan oleh pemerintah daerah, kota/kabupaten dengan menghidupkan feeder. 

"Konektivitas antardaerah dengan transportasi yang menggunakan area utama itu misalnya harus disambungkan dengan feeder-feeder, angkutan-angkutan pedesaan. Jadi aksesibilitas dan konektivitas akan terbangun dengan baik," harapnya.

Ia berharap konektivitas transportasi umum, dalam hal ini Trans Jatim, tidak berhenti sampai di koridor 8 saja. Melainkan bisa terus menambah koridor lainnya.

Terakhir, saran Prof. Dadang adalah Pemprov Jatim bisa terus mengembangkan transportasi umum dengan baik, seperti memperbanyak armada dan ketepatan.

Hal ini berdasarkan Undang-undang 22 Pasal 158 Ayat 1 memang bergeraknya di jalur khusus.

"Artinya apa kinerjanya akan terukur, baik itu kecepatan, frekuensinya, headway-nya. Ketika masih menggunakan suatu prasarana yang masih satu dengan lalu lintas lain, waktu tidak bisa diprediksi," ungkapnya.

Memang, katanya, langkah ini pemerintah belum bisa menerapkan karena jalur belum ada karena lahan belum mencukupi. Tapi, paling tidak sudah ada perubahan yang dilakukan Pemprov Jatim. (*)

Tombol Google News

Tags:

Khofifah Pakar Transportasi Dadang Unesa Unesa Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa