Curhat Petani Tembakau Tuban: Terus Merugi, Harga Daun Turun Drastis Akibat Kemarau Basah

9 Oktober 2025 07:00 9 Okt 2025 07:00

Thumbnail Curhat Petani Tembakau Tuban: Terus Merugi, Harga Daun Turun Drastis Akibat Kemarau Basah
Salah satu buruh putik daun tembakau di kecamatan Senori, kabupaten Tuban, 8 Oktober 2025 (Foto: Ahmad Istihar/Ketik)

KETIK, TUBAN – Nasib petani tembakau di Kabupaten Tuban kembali terpuruk. Harga daun tembakau basah anjlok tajam di musim panen tahun ini, jauh di bawah harga musim lalu. Kondisi itu diperparah oleh kemarau basah yang membuat kualitas hasil panen menurun.

Hal ini dialami para petani di Kecamatan Senori, yang mengaku kerugian mereka tahun ini tidak bisa dihindari. Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga, harga turun, hasil panen berkurang, dan kualitas tembakau pun menurun.

“Musim panen tahun ini benar-benar tidak sesuai harapan. Saya menyewa lahan dua hektare dengan modal sekitar Rp47 juta, tapi hasilnya jauh dari perkiraan,” ujar Guno (50), petani asal Desa Sidoharjo, Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban, Rabu, 8 Oktober 2025. 

Menurut Guno, harga daun tembakau basah saat ini hanya berkisar Rp2.500–Rp3.500 per kilogram, sedangkan tahun lalu bisa mencapai Rp4.500–Rp5.500 per kilogram. Selain itu, panen yang biasanya bisa dilakukan 5 hingga 7 kali, kini hanya mampu dua kali saja.

“Harga daun tembakau basah hanya Rp2.500–Rp3.500 per kilogram. Tahun lalu masih bisa Rp5.500. Panennya juga berkurang drastis,” ungkapnya.

Dengan hasil seperti itu, Guno terpaksa menanggung kerugian jutaan rupiah, mulai dari biaya tanam, perawatan, hingga tenaga kerja panen. Ia menyebut cuaca yang tidak menentu membuat kualitas daun tembakau merosot dan tidak layak jual tinggi.

 

Foto Guno saat menceritakan keluh kesah menjadi petani Tembakau tahun iniGuno saat menceritakan keluh kesah menjadi petani Tembakau tahun ini. (Foto: Ahmad Istihar/Ketik

 

“Musim kemarau basah sangat berdampak terhadap kualitas daun tembakau. Akibatnya, harga jual otomatis ikut turun,” jelasnya.

Ketika disinggung soal bantuan pertanian dari pemerintah, Guno hanya bisa pasrah. Ia mengaku selama ini bantuan justru diberikan kepada pemilik lahan, bukan kepada petani penggarap seperti dirinya.

“Bantuan biasanya hanya untuk pemilik sawah. Padahal, mayoritas petani di sini statusnya penggarap atau penyewa. Pemerintah jarang turun langsung mengecek kondisi sebenarnya di lapangan,” tegasnya.

Senada dengan Guno, Busono, tengkulak tembakau asal Kecamatan Senori, juga mengakui bahwa kualitas daun tembakau tahun ini menurun akibat cuaca tidak menentu.

“Kalau tahun lalu kualitasnya bagus, sekarang turun karena hujan datang tidak menentu. Akibatnya, daun tidak kering sempurna,” ujarnya.

Para petani berharap pemerintah bisa memperhatikan nasib mereka dengan lebih serius, terutama dalam hal pendistribusian bantuan dan penentuan harga yang lebih berpihak kepada petani penggarap. (*) 

Tombol Google News

Tags:

Tembakausenori dinas pertaniantuban DKP2PTuban Pemkabtuban Ekonomi Bisnis