KETIK, SURABAYA – Pernah merasa sudah belajar keras, tapi hasilnya tetap mengecewakan? Bisa jadi masalahnya bukan di usaha, melainkan di cara belajar. Hal ini sudah lama disorot oleh Henry L. Roediger III, atau yang akrab disapa Prof. Rudi, seorang pakar psikologi kognitif sekaligus profesor di Washington University, St. Louis.
Lebih dari 40 tahun Prof. Rudi meneliti cara kerja memori manusia. Risetnya terbit di lebih dari 300 jurnal ilmiah. Namun, ia merasa frustrasi karena penemuan penting soal memori tidak banyak diterapkan di sekolah. Para guru masih menggunakan metode belajar yang keliru.
Untuk menjembatani kesenjangan antara temuan riset akademisi dengan praktisi pendidikan, pada tahun 2014 ia berkolaborasi dengan rekannya, Mark McDaniel, serta penulis buku populer Peter Brown. Hasilnya lahirlah buku 'Make It Stick: The Science of Successful Learning', yang membongkar rahasia belajar efektif berdasarkan riset panjang sejak 1970-an.
Dari buku tersebut, ada empat teknik belajar yang terbukti membuat proses menyerap ilmu 10 kali lebih efektif. Apa saja?
1. Space Repetition (Belajar dengan Jeda)
Sistem SKS alias "sistem kebut semalam" sudah menjadi budaya banyak pelajar di Indonesia. Cepat memang, tapi sama cepatnya hilang. Materi hanya masuk ke memori jangka pendek, lalu menguap setelah ujian selesai.
Teknik space repetition menawarkan alternatif: mengulang materi secara bertahap dengan jeda waktu. Misalnya, jika ujian sejarah hari Jumat, jangan belajar 3 jam sekaligus di Senin. Lebih baik 1 jam di Senin, 1 jam di Rabu, dan 1 jam di Kamis.
Riset Prof. Rudi pada 2006 terhadap 254 studi menunjukkan bahwa mereka yang menggunakan metode ini selalu mendapat hasil lebih baik dibanding pelajar SKS. Ingatan mereka juga jauh lebih awet.
Metode ini juga efektif di luar sekolah, misalnya saat mempersiapkan presentasi bisnis atau pitching ke klien. Dengan latihan bertahap, hasilnya akan lebih matang dan percaya diri.
2. Retrieval Practice (Latihan Mengingat Kembali)
Banyak orang belajar dengan cara membaca ulang buku atau catatan berkali-kali. Tampak produktif, tapi sebenarnya itu jebakan. Membaca pasif hanya menciptakan ilusi kompetensi—kita merasa hafal, padahal belum.
Teknik retrieval practice mendorong otak untuk benar-benar bekerja. Caranya sederhana: setelah membaca satu bab, tutup buku, lalu tulis kembali poin-poin penting yang masih diingat. Setelah mentok, baru buka buku untuk mengecek.
Dalam sebuah eksperimen, Prof. Rudi membandingkan dua kelompok pelajar. Kelompok pertama membaca ulang, sementara kelompok kedua menulis ulang dari ingatan. Hasilnya, kelompok kedua meraih nilai ujian 50% lebih tinggi.
3. Interleaving (Belajar Gado-gado)
Kebanyakan orang belajar satu topik secara penuh sebelum pindah ke topik lain. Ini disebut blocked practice. Terlihat rapi, tapi membuat otak kurang adaptif ketika menghadapi soal campuran.
Sebaliknya, teknik interleaving atau belajar campuran terbukti lebih efektif. Misalnya, dalam satu jam belajar sejarah, alokasikan waktu untuk mempelajari tiga kerajaan sekaligus—Sriwijaya, Mataram dan Majapahit.
Eksperimen psikolog Donald Rohrer dan Kelly Taylor menunjukkan bahwa kelompok pelajar yang menggunakan teknik campuran mendapatkan nilai 43% lebih tinggi dibanding yang belajar dengan metode blok.
Teknik ini melatih otak beradaptasi cepat, sehingga siap menghadapi situasi nyata yang penuh variasi. Cocok bagi kamu yang belajar desain, public speaking, atau bidang kreatif lainnya.
4. Generation (Menebak Sebelum Tahu Jawaban)
Biasanya kita belajar dengan membaca teori dulu baru mengerjakan soal. Teknik generation justru membalik proses itu. Kita diminta menebak jawaban terlebih dahulu, meskipun kemungkinan besar salah.
Mengapa efektif? Karena menebak memaksa otak bekerja ekstra keras. Penelitian dalam jurnal The Generation Effect membuktikan bahwa meskipun banyak tebakan salah, peserta justru memiliki ingatan lebih kuat dibanding yang hanya membaca.
Teknik ini sangat berguna untuk belajar bahasa asing atau bahkan memasak. Misalnya, coba tebak arti kata asing sebelum buka kamus, atau tulis resep masakan dulu sebelum mengecek versi aslinya.
Belajar Bukan Sekadar Kerja Keras
Keempat teknik ini membuktikan bahwa belajar efektif bukan soal seberapa keras usaha, melainkan seberapa tepat caranya.
- Space Repetition: belajar dengan jeda.
- Retrieval Practice: biasakan otak mengingat kembali.
- Interleaving: campur berbagai topik agar otak adaptif.
- Generation: coba tebak dulu sebelum tahu jawabannya.
Metode ini tidak hanya relevan untuk pelajar, tapi juga bagi siapa saja yang ingin mengembangkan diri, dari pekerja, pebisnis, hingga pembelajar seumur hidup.
Selamat mencoba. (*)