KETIK, MALANG – Capaian imunisasi campak di wilayah Kotalama, Kota Malang masih tergolong rendah, yakni di bawah 80 persen. Untuk meningkatkan angka tersebut, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang melaksanakan program Imunisasi Tambahan Anak Serentak (ITAS) bagi anak-anak berusia 9 bulan hingga 7 tahun di kawasan tersebut.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Malang, Meifta Eti Winindar, menjelaskan bahwa banyak anak di wilayah Kotalama terdeteksi positif campak, dan kasus-kasus tersebut memiliki keterkaitan secara epidemiologis.
"Jadi memang selama 3 tahun terakhir, capaian imunisasi di kelurahan Kotalama itu masih kurang. Direkomendasikan untuk melakukan imunisasi campak serentak melalui ITAS," ujarnya, Selasa 14 Oktober 2025.
Lebih lanjut, ia menyebutkan terdapat lima kasus campak yang dialami anak-anak di Kelurahan Kotalama. Melalui pelaksanaan imunisasi serentak ini, pihaknya menargetkan capaian imunisasi bisa mencapai 95 persen dalam kurun waktu dua minggu, mulai 6 hingga 18 Oktober 2025.
Meifta menjelaskan, masih ada sejumlah orang tua yang menolak memberikan imunisasi kepada anaknya. Salah satu alasan yang sering muncul adalah kekhawatiran anak akan mengalami demam setelah imunisasi.
Meifta menekankan agar edukasi ke masyarakat harus terus dilakukan. Mengingat imunisasi tidak hanya bermanfaat bagi anak saja, namun untuk melindungi lintas generasi dan kelompok agar memiliki kekebalan imunitas.
"Kami harus selalu memotivasi mereka yang saat ini mungkin menolak karena takut anaknya panas. Tetapi, mereka kurang paham kalau yang panasnya itu kan hanya 1-2 hari. Itu pun tidak semuanya bisa bereaksi panas. Itu pun bisa diantisipasi dengan diberikan obat penurun panas," tegasnya.
Dinkes Kota Malang juga berencana melakukan sweeping ke masyarakat untuk memastikan semua anak mendapatkan imunisasi. Meifta menambahkan, ada kecenderungan peningkatan kasus campak pada tahun 2025 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
"Kemudian mereka waktu jadwalnya imunisasi di tahun 2020-2022 kan masih Covid-19. Jadi posyandu tutup saat itu, nah mereka takut datang ke Puskesmas sehingga terlewat jadwal imunisasi sesuai dengan usia si anak," jelas Meifta.
Ia menegaskan, anak yang terkena campak akan semakin mudah terserang virus, kuman, bakteri, dan lainnya. Bahkan dapat menyebar ke otak dan menimbulkan kejang hingga radang otak.
"Kemudian bisa menyebar kumannya itu ke paru-paru. Kalau sudah kena campak, imunitasnya itu jadi hilang, artinya sistem tubuhnya akan lupa terkait dengan imunitas yang selama ini sudah didapatkan," tegas Meifta.
Melihat besarnya dampak dari campak, ia meminta agar orang tua memastikan kelengkapan imunisasi anak. Jangan sampai imunitas anak terganggu hingga menimbulkan kematian hanya karena enggak melakukan imunisasi.
"Jangan sampai menyebabkan kematian karena belum imunisasi. Meskipun memang anak yang sudah diimunisasi itu masih bisa tertular, tapi kalaupun tertular tidak menimbulkan hal-hal yang fatal dengan gejala yang ringan," tutupnya.