KETIK, MALANG – Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek), Fauzan, menekankan peranan seluruh perguruan tinggi negeri swasta, termasuk kampus Muhammadiyah dalam pembangunan. Perguruan tinggi Muhammadiyah harus menjadi pelopor dalam membangun kepercayaan masyarakat terhadap dunia pendidikan tinggi.
"Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA) tidak hanya berperan sebagai penyelenggara pendidikan, melainkan sebagai kekuatan strategis yang memimpin perubahan," ucap Wamen Fauzan di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Selasa, 21 Oktober 2025.
Mantan Rektor UMM itu mendorong sinergi dan kolaborasi 162 perguruan tinggi untuk saling menguatkan, supaya menjadi leading sector dalam membangun kepercayaan publik. Ia pun menyoroti kontribusi PTMA yang kini menempati posisi penting dalam peta pendidikan nasional.
"Dari total 4.369 perguruan tinggi di Indonesia, PTMA mencakup sekitar empat persen secara kuantitas, dengan 20.041 dosen atau tujuh persen dari total nasional," ucapnya.
Kontribusi PTMA dalam riset dan pengabdian masyarakat justru melampaui rata-rata nasional. Kegiatan riset mencapai 81 persen, jauh di atas rata-rata nasional yang hanya 52 persen.
Ia menyebut, dalam tiga tahun terakhir, pertumbuhan riset di lingkungan Muhammadiyah meningkat hingga 168 persen, sementara keterlibatan mahasiswa melonjak 228 persen.
“Ini menunjukkan kesadaran baru di kalangan civitas akademika Muhammadiyah. Namun jika baru bicara angka, kita baru setengah jalan. Kuantitas tanpa kualitas tidak cukup. Riset harus berdampak, harus menyentuh masyarakat,” ujarnya.
Lebih jauh, Fauzan mencontohkan praktik baik dari konsorsium 17 kampus Muhammadiyah di Nusa Tenggara Timur yang fokus pada isu stunting, kemiskinan, dan ketahanan pangan. Langkah ini mencerminkan wajah baru pendidikan tinggi Muhammadiyah yang tidak berhenti pada teori, tetapi hadir di tengah realitas sosial.
Menurutnya, ekosistem berdampak ketika kampus mau turun langsung, ketika risetnya tidak berhenti di meja dosen, tetapi hidup bersama masyarakat.
“Banyak perguruan tinggi swasta yang terjebak dalam stagnasi karena enggan beradaptasi terhadap perubahan. Karena itu, pembaruan dan inovasi menjadi keniscayaan. Kita tidak bisa menunggu arus berubah. Kita harus menciptakan arus perubahan itu sendiri,” katanya.
Lebih lanjut, Fauzan menjelaskan arah kebijakan pendidikan tinggi nasional yang sedang disiapkan pemerintah. Salah satunya adalah sistem klasterisasi perguruan tinggi yang memungkinkan adanya pembinaan sesuai konteks geografis dan kapasitas kampus.
Ia juga menyebut bahwa Direktorat Perguruan Tinggi Swasta akan dihidupkan kembali untuk memperkuat pembinaan kampus swasta, termasuk PTMA.
Di sisi lain, Direktur Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi Kemendikti, Prof. Yudi Darma, menjelaskan pentingnya membangun ekosistem riset bersama antar perguruan tinggi Muhammadiyah. Dirinya juga menekankan, kolaborasi internasional dapat mempercepat kemajuan sains dan memperkuat daya saing bangsa.
Menurutnya, sains dan teknologi tidak boleh berhenti di laboratorium. Ia harus menyentuh kehidupan manusia, membawa manfaat, dan menegaskan kemanusiaan.
“Bayangkan jika 162 kampus Muhammadiyah berkontribusi bersama, bahkan dengan iuran minimal, kita bisa membangun pusat data riset bersama untuk sains dan teknologi yang dapat diakses semua kampus, dari yang besar hingga kecil,” kata Yudi Darma. (*)