KETIK, BANGKALAN – Sejumlah ulama dan pengurus Nahdlatul Ulama (NU) se-Madura Raya menggelar Munajat Kebangsaan dan tabarrukan yang dirangkai dengan pertemuan khusus di dua lokasi bersejarah: Makbarah Syaikhona Kholil Bangkalan dan rumah peninggalan Syaikhona Kholil.
Kegiatan ini diprakarsai oleh para dzurriyah (keturunan) Syaikhona Kholil bersama Suriyah PCNU se-Madura Raya.
Ketua PCNU Bangkalan, KH Makki Nasir, menyampaikan bahwa munajat kebangsaan digelar untuk menyikapi berbagai problematika yang muncul, mulai dari persoalan agama, bangsa, negara, hingga bencana alam yang terjadi belakangan ini.
“Silaturahmi dan munajat kebangsaan dengan para kiai pengasuh pondok pesantren se-Madura Raya di makbarah Syaikhona Kholil ini diharapkan menjaga Indonesia tetap aman dan kondusif, serta para ulama sepuh bisa terus membimbing umat,” ujarnya.
Wakil Rois Suriyah PCNU Bangkalan, KH Syafi’ Rofie, menambahkan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian terhadap dinamika yang akhir-akhir ini terjadi di lingkungan PBNU.
Rangkaian kegiatan diawali dengan munajat di Makbarah Syaikhona Kholil. Para ulama memanjatkan doa agar Allah SWT memberikan jalan keluar terbaik bagi persoalan yang tengah berlangsung di PBNU.
Para Kiyai Pengasuh Pesantren se Madura Raya munajat bersama di Makbaroh Syaikhona Kholil Bin Abdul Latif Bangkalan, berharap NU dan Bangsa aman. (Foto: Ismail Hs/Ketik.com)
“Kita mencari syafaat langit, memohon pertolongan Allah agar diberi solusi yang paling maslahat,” tuturnya, Selasa, 2 Desember 2025.
Acara dilanjutkan dengan musyawarah di rumah peninggalan Syaikhona Kholil yang memiliki nilai historis penting bagi lahirnya NU.
Di lokasi tersebut, para ulama membacakan pernyataan sikap Suriyah dan Tanfidziyah NU se-Madura Raya yang memuat tiga poin utama:
Kepedulian mendalam terhadap kondisi PBNU yang dinilai membutuhkan perhatian para kiai sepuh.
Memasrahkan sepenuhnya penyelesaian persoalan kepada para ulama sebagai pemegang otoritas tertinggi dalam NU.
Mengajak warga NU tetap tenang, menjaga ukhuwah, dan memperbanyak munajat agar Allah SWT membuka jalan terbaik bagi NU dan bangsa.
“Semoga segera ditemukan solusi terbaik, karena yang rugi bukan hanya NU, tetapi juga Indonesia,” tambahnya.
Sementara itu, Sekretaris PCNU Bangkalan, KH Dimyati Muhammad, menegaskan bahwa Tanfidziyah akan mengikuti sepenuhnya arahan Suriyah sesuai mekanisme organisasi.
“Tanfidziyah ini pelaksana. Semua kebijakan mengikuti Suriyah. Termasuk mekanisme atau keputusan apa pun, kami pasrahkan kepada pemilik otoritas tertinggi, yaitu ulama,” tegasnya.
Pemilihan dua lokasi bersejarah tersebut bukan tanpa alasan. Para ulama berharap barokah Syaikhona Kholil dapat melembutkan hati para pengambil kebijakan di PBNU.
“Tabarrukan ini untuk melembutkan hati para pengurus agar bisa menahan diri. Jika tidak, kerugian moral dan sosial akan menimpa kita semua,” ujarnya.
Kegiatan munajat dan musyawarah ini dirancang sebagai satu kesatuan, menggabungkan doa, tabarruk, dan musyawarah ulama demi kemaslahatan NU dan ketenangan umat.
Pertemuan ditutup dengan doa bersama agar Allah SWT menganugerahkan kedamaian, persatuan, dan jalan terbaik bagi jam’iyah, umat, dan bangsa Indonesia.
Hadir dalam pertemuan tersebut para Mustasyar dan Rois Suriyah PCNU se-Madura Raya, di antaranya KH Muhammad Faisal Anwar (Rois Suriyah PCNU Bangkalan); KH Safiuddin Wahid (Rois Suriyah PCNU Sampang); KH Khalid Alirahbini (Rois Suriyah PCNU Pamekasan); KH Wahdi Musyafa’ (Wakil Rois Suriyah PCNU Pamekasan) dan KH Hanan Nawawi (Wakil Rois Suriyah PCNU Bangkalan). (*)
