KETIK, PALEMBANG – Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas I Palembang atau yang lebih dikenal dengan Rutan Pakjo terus melakukan berbagai langkah strategis untuk mengatasi persoalan over kapasitas hunian warga binaan yang masih menjadi tantangan utama di lembaga pemasyarakatan.
Kepala Rutan Kelas I Palembang, M. Rolan, menjelaskan bahwa hingga saat ini jumlah penghuni rutan mencapai 1.188 orang, dan masih terus bertambah seiring adanya tahanan baru yang dikirim dari Kejaksaan.
“Rata-rata setiap bulan kami melakukan pelimpahan sekitar 140 hingga 150 tahanan ke rutan lain, termasuk yang berstatus cuti bersyarat (CB) dan pembebasan bersyarat (PB),” ujar Rolan saat ditemui di Rutan Pakjo Palembang, 30 Oktober 2025.
Menurutnya, program integrasi dan pembebasan bersyarat menjadi salah satu cara efektif mengurangi kepadatan di dalam rutan. Setiap bulannya, sekitar 100 hingga 150 warga binaan mendapatkan pembebasan bersyarat setelah memenuhi persyaratan administrasi dan berperilaku baik selama masa pembinaan.
“Langkah-langkah ini membuat kondisi rutan tetap dalam keadaan seimbang. Meski belum ada penurunan signifikan, kondisi hunian masih bisa dikendalikan,” jelasnya.
Selain upaya administratif, pihak Rutan Pakjo juga menerapkan pendekatan humanis dalam membina warga binaan. Rolan menegaskan bahwa pihaknya rutin turun langsung ke blok hunian untuk berdialog dan mendengarkan berbagai persoalan yang dihadapi para warga binaan.
“Kami selalu mengedepankan pendekatan humanis. Setiap hari kami turun ke blok, istilahnya belanja masalah, untuk mengetahui persoalan mereka, baik itu terkait keluarga maupun kesehatan,” tuturnya.
Untuk menjaga kesehatan dan kebugaran, pihak rutan juga mengadakan kegiatan senam bersama dan menyediakan fasilitas hiburan seperti alat musik agar warga binaan tidak merasa jenuh selama menjalani masa tahanan.
Tidak hanya itu, Rutan Pakjo Palembang juga mengembangkan program pembinaan kemandirian melalui UMKM Kopi Ratu Lembang yang sudah di Ekspor ke luar negeri dan budidaya cabai yang dikelola langsung oleh warga binaan.
“Kami ingin mereka tetap produktif dan punya keterampilan yang bisa dimanfaatkan setelah bebas nanti,” kata Rolan.
Sebagai langkah antisipatif terhadap potensi gangguan keamanan, pihak rutan juga menyiapkan strap cell bagi tahanan yang berpotensi menimbulkan keributan, serta opsi pemindahan ke lapas terdekat jika diperlukan.
Melalui kombinasi pendekatan pembinaan, penataan kapasitas, dan pemberdayaan ekonomi warga binaan, Rutan Pakjo Palembang berupaya menjadi contoh penerapan sistem pemasyarakatan yang lebih manusiawi dan berorientasi pada reintegrasi sosial.(*)
